Bidadari Surga Milik CEO
sudah menolongnya semalam. Kenapa seketika dia menjadi lambat dal
ntai dengan celana panjang berbahan denim dan kaos berwarna putih, ram
at Kedua matanya bertemu dengan mata Zalman. Pipinya merona sep
aaf saya lupa
a," potong Akbar cepat yang langsung ke
dan memasukan pakaian kotornya ke dalam paperbag yang kosong. Beg
gguk saja membenark
itu menyisir rambutnya hanya dengan jemari kar
u sayang jika diabaikan, pikir Ghina. Kepala Ghina m
pi masih baru. Dia banyak belanja tapi tidak di pakai semua, saya rasa ukuran tubuh
menoleh ke arah pintu saat Akb
eriksa Ghina karena Ak
pa-apa, dok,"
iapa tahu dalamnya?" timpal Zalman yang gemas denga
gan dokter sebelumnya dan mengira kalau Zalman dan Ghina adalah sepasang
uami istri, dok
maaf, say
cocok ya, dok
un yang melihat Zalman dan Ghina akan mengira mereka sepa
*
g. Karena tadi pagi Akbar hanya membawa sarapan dan pria itu kini belum kembali ke r
siangnya kemudian memesan jus buah beberapa gelas dengan jenis buah yang berbeda. Begitu juga cemilan. Semua itu bukan untuknya sendiri melainka
man pada kasir di salah satu
a belas ribu,
eluarkan dompetnya kemudian membayar semu
gan itu ponse
rena pria itu hendak menjawab pa
ess mema
sih kabar juga ke aku?" suara sang putri sangat nyaring terdenga
m Zalman setelah suara
msalam, Pa,"
u baru bicara," nasehat Zalman
agian Pa
am dia masuk rumah sakit, memangnya Pak Akbar
dahal papanya juga tidak
anya mereka 'kan?
ikit sombong karena merasa menjadi nona muda di sana di sayang oleh Zalman dan dia menjadi besar kepala. Dia sangat berbeda dari kakak laki-lakinya yang bernama Calvin, Calvin Hafuza Isham Maheer Putra pertama serta anak pe
an Papa
kan siang,
hku sudah berbunyi, a
pon Papa
Pa. Sudah y
salamua
kumsala
u kemeja sekolahnya. Gadis itu langsung keluar kelas menyusul t
mbil pesanan makanannya yang sudah dia bayar d
*
a di dalam sana. Satu suara yang dia kenal adalah milik Ghina dan satu lagi entah siapa. Bukan maksud mengup
duduk di kursi tunggu besi
uk. Seorang wanita dengan pakaian seksi dan glamor dengan sepatu hak tinggi, rambut berwarn
ke dalam kamar tidak lama setel
nampan makan siang Ghina belum habis. Jangankan habis, tersen
suka?" lanjut Zalman kar
h sakit mendekat ke brankar, membuka plastik tipis
n menawarkan makan siang yang dia
apar, Tuan,"
egun dengan lesung pipi pria itu dan gig
tanya Gh
tralkan suaranya, "A
, antara kesal dan keran mengapa bisa