RINDU DI BANGKU BELAKANG
esia yang terkenal tegas dan selalu memberikan tantangan baru di setiap tugasnya. Ayu duduk di bangku belakang seperti biasa, merasa cemas tapi berusaha t
sepertinya pun
-balikkan daftar nama siswa. "Kelompok ini akan membuat presentasi tentang novel yang
esai tanpa kejadian yang aneh. Namun ketika Bu Rini menyebut nama-nama dalam kelompo
a, Dita,
hat Rama yang duduk di barisan depan bersama teman-temannya. Rama terliha
malingkan pandangan, berusaha mengontrol rasa gugup yang tiba-tiba muncul. Ini pertama
l dari novel yang telah dibaca kelas. Setiap kelompok harus bekerja sama untuk membuat presentasi yang menarik dan komprehensif. Ayu tahu
merasa bingung harus mulai dari mana. Di satu sisi, ia merasa sangat gugup. Tapi di sisi lain, ada rasa senang yang tak ia bi
ada di dekatnya, dan mereka tampak antusias. "Ayu, ayo kita mulai diskusinya," kata
api kehadiran Rama yang begitu dekat membuatnya sulit berkonsentrasi. Setiap kali Rama berbicara
i. "Oke, jadi kita harus bagi tugas dulu. Siapa yang mau analisis karakte
ngat. "Aku bisa bikin slide presentasi. Aku
"Aku bisa bantu dengan analisi
oleh ke Ayu. "Ayu, kamu mau ambi
atnya canggung-saat semua mata tertuju padanya dan ia harus membuat keputusan. Tapi k
u pasti bisa, Ayu. Kita bisa sa
rasa pipinya mulai memerah
sih merasa sedikit kikuk. Rama, dengan kepribadiannya yang ceria, membuat suasana menjadi lebih ringan. Dia sesekali melontarkan canda
raksi lebih banyak. Ternyata, Rama punya banyak ide menarik tentang bagaimana tema bisa dihubungkan dengan kehidupan se
ngan suara pelan tapi jelas. "Tokoh utama dalam novel ini terus
a-kata Ayu. "Iya, aku setuju. Karakter utamanya
berada jauh di luar jangkauannya. Meskipun hati Ayu masih dipenuhi kegugupan, dia juga mulai merasakan kehan
menyelesaikan tugas kelompok. Sebelum beranjak pergi, Rama sekali lagi menata
sedikit lebih percaya diri
g bagi dirinya untuk menjadi lebih dari sekadar gadis pendiam di bangku bela
ega yang ia rasakan, seperti beban berat yang perlahan mulai terangkat. Untuk pertama kalinya, dia dan Rama berbicara lebih d
hampirinya. "Ayu, kamu mau kita kerjain tugasnya di ma
nya enak di rumahmu. Kita bisa lebih
"Kalau gitu, kita sepaka
dan Ayu terkejut melihat bahwa pesan itu dari Rama. Ia tidak pernah men
ma
idemu soal tema novel. Btw, Sabtu nanti aku bisa je
ng berputar-putar dengan berbagai skenario. Apakah ini hal biasa bagi Rama, atau dia benar-benar pe
y
sa ke sana sendiri. Rumahku nggak te
balasan. Detik demi detik terasa lamba
a
au kamu diskusikan soal tugas, kam
skipun sederhana, memiliki makna besar bagi Ayu. Bukan hanya tentang tugas kelompok, tapi tentang
melangkah ke dalam cerita yang sama. Meski hanya sedikit, dan meski dia tahu bahwa perasaan ini mungkin tak akan lebih dari sekadar teman sekelas yang kebetulan satu kel
au melihat catatan, pikirannya sering kali teralihkan pada pertemuan mendatang. Apa yang akan mereka bicarakan nant
i tumbuh dalam dirinya. Bahkan jika ada sesuatu yang lebih dari hubungan ini, Ayu berusaha tetap realistis. Ia a
oleh campuran perasaan gugup dan antisipasi. Ia mengenakan pakaian yang sederhana-kaos biru muda dan celana jeans-
sudah duduk di sofa ruang tamu, dan Rama sedang sibuk membuka laptopn
dengan nada bercanda, tapi Ayu bisa melihat bahw
mencoba menutupi kegugup
mua tugas dibagi dengan adil. Riko memberikan beberapa masukan cerdas tentang ka
sih membuat jantungnya berdebar, interaksi mereka yang lebih banyak membuat Ayu sedikit demi sedikit merasa lebih per
erkomentar saat mereka beristirahat sejenak. "Kamu sebenarnya punya banyak i
rasa bingung harus menjawab apa. "Aku... nggak terlalu percay
pi menurutku kamu pintar, dan orang pintar harusnya nggak takut bua
lah untuk pertama kalinya, seseorang benar-benar melihatnya-bukan hanya sebagai gadis pendiam
iri sendiri di depan mereka-di depan Rama. Meskipun rasa sukanya pada Rama masih ia simpan dalam d
a bahwa mungkin, ia tidak perlu lagi
ambu