RINDU DI BANGKU BELAKANG
di sanalah dia merasa paling nyaman. Di sana, dia bisa mengamati semuanya tanpa perlu banyak diperhatikan. Ban
lum diambil oleh orang lain. Bangku itu seperti miliknya. Dari sudut ruangan itu, Ayu melihat semuanya-guru y
anda dan tertawa. Bagi Ayu, Rama bukan sekadar teman sekelas. Dia adalah orang yang diam-diam mengisi pikirannya, meski mereka jarang berbicara. Ayu menyu
n memperhatikan gadis pendiam yang selalu duduk di bangku belakang. Lagipula, Ayu tak pernah punya alasan untuk mendekati Rama
tatannya, seolah tak ada yang terjadi. Namun, di dalam hati, Ayu tak bisa menahan rasa rindu yang aneh. Rindu pada sesuatu yang bahk
ma dari bangku belakangnya. Baginya, dunia kecilnya di pojokan kelas sudah cukup. Meski kadang ada keinginan untuk mendekati Rama
mungkin bisa tertawa bersama seperti teman-teman Rama lainnya. Tapi itu semua hanya ada dalam angan-angannya. Di
nya dari Rama. Seolah ada sesuatu dalam diri Rama yang membuatnya terus te
angnya, penuh dengan harapan-harapan kecil yang tak pernah ia ungka
tertawa, seolah dunia tak pernah memberi beban. Setiap gerakannya tampak ringan, seolah tak ada masalah yang menghantui. Sedangkan Ay
lagi. Dia sedang menulis sesuatu dengan serius, tak seperti biasanya. Biasanya, Rama lebih suka bercanda atau berbisik dengan tema
ara, kecuali sesekali saat Rama meminjam penghapus atau pena. Dan meskipun hanya sekadar pertukara
u-buku dengan perlahan. Sementara itu, Rama, seperti biasa, segera dikerumuni oleh teman-temannya yang meng
kat ke ara
apas. Ia tidak percaya Rama bena
ma tiba-tiba terden
n pandangan Rama yang tampak sedikit ragu. Ini pe
terdengar tenang, mes
tika yang kemarin? Aku... nggak ngerti soalnya," katanya
ka Rama akan menanyakan itu. "Sudah..
ggak bantuin aku? Aku bener-be
api dia tidak pernah membayangkan bahwa Rama akan memintanya bantuan secara langsung. Gadis pendiam ya
a mengangguk. "Boleh
sepulang sekolah juga nggak apa-apa," j
u dengan Rama, bahkan untuk sesuatu yang sesederhana itu. "Nanti sepulang sekolah aja,"
a sedikit lebih hangat di dalam hatinya. "Oke, makasi
an mimpi, kan? Rama benar-benar memintanya untuk membantu. Dan sepulang sekolah, mereka akan bertemu lagi. Meskipun itu
am dalam pikirannya. Hatinya dipenuhi pertanyaan-apa yang membuat Rama ti
in. Tapi di balik semua itu, Ayu masih merasakan kegelisahan. Ia terlalu takut berharap lebih. Sebab, di dunia nyata, gadi
gaimana, takdir memutusk
ambu