Teman Tapi Bercinta
lik Thalia yang kembali ter
ue dan diungkapin dalam tidurn
romanya begitu segar dan menggairahkan. Gue seakan langsung bisa membayangkan bagaimana rasa tubuhnya di ujung lidah gue. Ah... gue menggigit bibir dengan resah, penis gue tergencet perut dan permuk
pipi vagina Thalia dengan ja
i miliknya yang luar biasa lembab. Cairan kental membayangi liang Thalia, merembes basah ke seluruh permukaan labianya. Gue menelitinya dengan saksama seperti seorang ilmuwan, setiap jengkal
senio...
erlakukan tubuh Thal
as gue tertahan saat lapisan-lapisan
yang tersusun rapi dan indah. Seakan-akan, saat Tuhan menciptakannya, Dia nyuruh pengrajin paling pandai buat ngerjain milik Thalia doang. Terlebih, kekontrasannya dengan warna selangkangan
Gue membelainya dengan sangat hati-hati sambil memperhatikan reaksi Thalia sejak ujung jari gue menyentuh hingga membentuk garis ta
itu melicinkan perjalanan jari gue ke bawah menyentuh bibir kelaminnya yang basah. Gue mengitariny
k...," gue men
gin rasanya gue menusuk kasar dan menyodoknya dengan jari gue. Namun, gue hanya menyundul-nyundulnya pelan, penuh perasaan, menikmati gelinjang pelan
ri gue dan meratakannya di bibir liang sanggama Thali
rti tersengat listrik ribuan volt sampai pundak gue gemetaran. Segala gerakan yang gue lakukan penuh penghayatan ini rasanya membutuhkan tenaga lebi
ada di dalam tubuh
g. Erangan itu menghentikan jari gue di dalam. Gue menunggu reaksi selanjutnya, tapi yang dilakukan
ami nyaris sama. Gue selalu tahu segalanya lebih dulu dibanding Thalia. Sewaktu gue menangkap basah dirinya menonton film dewasa pertama kali menjelang lulus SMA, bukannya malu
sakannya saat bibirnya dilekati oleh bibir lain. Dia menceritakan ke gue dengan detail reaksi pada tubuhnya dan membuat gue menyetopnya di tengah.
dah basah dan lengket. Bulu kuduk gue meremang. Gue melepaskan jari gue sepenuhnya, menghirup aromanya, dan langsung menjilatinya dengan rakus. Rasa tubuh Thalia benar-benar men
tkan lidah dan melumuri labia-
an lidah gue di klitorisnya. Biji kecil itu terasa lucu di lidah gue. Gue menarik jari lagi, menjilati seputar liangnya sebagai pelumas untuk jari gue supaya dia dapat kembali masuk lebih mudah. Semak
gue mengulum milik Thalia seperti permen karet. Mata gue memejam menikmati rasa tubuhnya yang memancar
hi muka gue, membasahi sekitar selangkangannya yang bersih. Gue mencokotinya, mengunyah-ngunyahnya dengan rakus. Thalia mulai resah, gue khawatir dia akan segera bangu
Liaaa
empurna. Dia sudah nggak tahan ingin menyerang
mulut gue saat gue memaksa
Gue menahan paha dalamnya agar mengangkangi gue dengan dorongan paha gue yang terlipat di bawahnya. Gue isi r
shiiit,"
an pelumas Thalia yang mengalir dari liangnya memudahkan gerakan kontol gue di sana, gue mengusap seputar liang itu, k
ah panjang
basah...