MISTERI DI RUMAH TUA
belum bisa melupakan pertemuannya dengan wanita tua misterius itu, dan janji untuk tidak takut yang t
a berjalan menuju ruang tamu, tempat ia pertama kali menemukan rumah itu dalam keadaan gelap dan sunyi. Kini, ia telah membersihkan d
an. Ia menoleh ke arah piano tua yang tertutup kain pelapis, lalu ke arah kursi goyang yang usang di s
ntuk fokus pada pekerjaannya, menulis novel terbarunya. Ia membuka laptop
rsi goyang, menikmati secangkir teh hangat. Suasana di rumah teras
ngerutkan kening, mencoba mendengarkan lebih jelas. Suara itu terdenga
p ke atas, mencoba melihat siapa yang berad
meredakan rasa takutnya. Namun, ia merasakan sesuatu yang aneh
gkan dirinya. Ia menyalakan lampu, mencoba
uku tua yang telah ia letakkan di meja kopi, kini berada di atas perapian. Ra
endiri. Namun, ia merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yan
dak nyaman yang menghantuinya. Namun, ia tidak bisa tidur. Ia terus mendengar suara-su
. Ia melihat bayangan samar di balik pintu kamar. Ia men
ncang. Ia merasa ada sesuatu yang sed
nyaman. Namun, ketika ia menyalakan lampu, ia melihat sesuatu yang lebih aneh. Buku
tahu apa yang terjadi, tetapi ia yakin bahwa
h tangannya. Ia melihat sebuah boneka porselen kecil, berpakaian putih, tergelet
ari kamar. Ia berlari ke ruang
tetapi ia yakin bahwa rumah tua ini tid
suara berderit pelan dari lantai atas. Ia menoleh, menatap
a merasa terjebak dalam sebuah situasi yang berbahaya. Ia tidak tahu siapa yang sedan
tersembunyi di balik dinding-dindingnya. Ia akan menghadapi rasa takutnya. I
ngga. Ia merasakan jantungnya berdebar kencang, napasnya tersengal-sengal. Ia tidak
teriak Rani, su
gga. Rani merasakan bulu kuduknya berdiri. Ia tidak tahu apa yang sedang ter
nangkan dirinya. Ia akan mengungkap rahasia yang tersembunyi di balik dinding-dinding ru
intip ke atas, mencoba melihat siapa yang bera
kan dirinya sendiri bahwa itu hanya halusinasi. Namun, ia merasakan sesuat
terius itu. Ia melangkah perlahan, menelusuri tangga kayu ya
sana terasa lebih dingin, dan bau tanah dan kayu lapuk semakin terasa
pun. Hanya ada beberapa ruan
ngan itu. Ia membuka pintu-pintu yang tertut
lemari tua yang tertutup debu. Ia membuka lemar
yu tua yang dihiasi ukiran rumit. Rani membuka ko
tua yang dibungkus kulit. Rani membuka buku harian
a. Aku telah melihatnya dengan mataku sendiri. Dia ada di sini. Dia bersembunyi di balik din
iapa yang menulis buku harian itu, tetapi ia yakin ba
eluarga yang tinggal di rumah tua itu, tentang sebuah kekuatan jahat yang mengin
membaca sebuah cerita horor yang nyata. Ia tidak tahu apa yang haru
menggerogoti pikirannya. Ia harus mengungkap rahasia y
petualangannya b
ambu