icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Padang : The First Floor

Padang : The First Floor

Penulis: Keong Sawah
icon

Bab 1 Gua Rahasia

Jumlah Kata:1745    |    Dirilis Pada: 16/08/2024

jur,

i membawa kesegaran bagaikan bagi orang yang telah

menuju desa kecil pegunungan yang letaknya relatif terpencil. Situs Gunun

singan dan lampu-lampu kota, namun kali ini pemuda itu bisa merasakan kedamaian yang luar biasa. Pemandangan pegunun

yang dibagikan oleh Upik, seorang teman arkeologinya, juga turut menambah warna dala

gai perkembangan zaman, mulai dari ketika manusia pertama ka

ihatkan beberapa gambar serta menjelaskannya

un, dia tetap melihat jurnalnya dan

00 tahun di gua Sulawesi. Sahya melihat sekilas gambar jurnal itu, lalu sedikit mengernyit. Luki

ka berupa gambar manusia yang memegang peralatan berburu serta gamb

i bukankah ini terlalu besar?" kata S

ersebut tampaknya tidak normal. Beberapa gambar lainnya juga sama, proporsi tubuh kelinci mirip dengan beruang,

bisa melihat bagian belakang dari halaman ini, rasionya digambarkan lebih mirip aslinya" Upik memberikan isyar

n beberapa gambar yang memiliki warna. Tampaknya, warna ters

kambing, namun di gambar ini, manusia tersebut hanya mencapai tinggi tengkuk kaki rusa ini!, eh, apa itu di pojok kana

lum terlalu memahami nilai estetika, lukisan-lukisan

n dengan perburuan ini di dinding gua atau batu besar adalah agar para pemburu atau pejuang suku tersebut memiliki semangat di dalam hati sebelum beran

hya gambaran seorang pe

, dukun pada masa itu belum tentu menduduki posisi rendah dalam su

" Sahya m

Sahya. Dia juga menggunakan jargon khusus dan bahkan mengutip berbagai karya klasik dan kontemporer, hal itu

ih sederhana! Lihat!" Upik menggunakan jarinya untuk menunjuk gambar-gambar tertentu. "... dukun disebutka

yang ditunjuk Upik. Itu

engenai topik itu, dukun juga mempengaruhi bidang-bidang seperti berburu

ak pernah ada kebenaran dalam sejarah, seorang arkeolog hanya seorang yang meng

parkirnya disusul oleh rombongan ekspedi

reka ke suatu tempat yang tak hanya dipenuhi reruntuhan zaman ba

kirkan bagaimana mereka mengangkat batu sebesar itu hanya dengan tangan kosong dan membawanya untuk membang

ni cukup bagus, pegunungan hijau, langit biru, dan suasana pedesaan~ jadi bersihkan paru-parumu, Teman" Setelah berbicara, Upik mengambil per

un matanya melihat kearah lain. "Hoh! apa i

su Buntung!" Upi

.

yang menghampiri Sahya. Di situ, di tengah kondisi yang lelah, ia dudu

lang," gumam Sahya sambil mengecek

angnya terdengar suara ge

g, namun ia berusaha tetap tenang. Perlahan ia berbalik, memandan

nya Sahya, suarany

emandang Sahya. Tatapannya seolah mampu menem

neh pada wanita tersebut. Ada aura misterius yang me

menggema. Wanita itu perlahan menyibak rambut yang menutupi wajahnya, memperlihatkan

knya. Baru saja wanita misterius itu mengaku sebagai penjaga

sebenarnya?" tanya Sahya, semak

mulai memudar, seakan-akan terkikis oleh angin senja. Sahya m

rengah-engah. Apa yang baru saja terjadi? A

u, tetapi tak ada tanda-tanda keberadaannya. Seolah-olah

bawa Sahya terjatuh ke dalam lubang yang tersembunyi. Udara lem

n dengan kegelapan yang menyelimuti. Perlahan-lahan ia

i dalam sebuah lorong bawah tanah yang gelap dan sempit. Dinding-di

mnya, suaranya berg

elapan. Namun, alih-alih mendapatkan cahaya, yang terdengar h

i dalam lorong bawah tanah yang gelap dan

cahaya samar men

a berasumsi bahwa gua tersebut mungkin merupakan sisa-si

menjelajahi gua. Itu dihias dengan baik dan dia memperhatikan ber

merah menyala. Saat Sahya meliriknya, dia melihat s

t bahu, ia membawanya agar

n-lukisan hewan purba yang terdapat di jurnal Upik. Tepat di sa

paha orang dewasa, persis seperti yang tergambar dalam ingatannya. Cahaya yang memantul dari

jarinya mulai gemetar, dan dia bisa merasakan denyut jantungnya yang semakin cepat. Sebuah rasa ngilu mencekam men

pandangannya, tidak ada yang terjadi. Dinding

ia saksikan. Sahya memalingkan wajahnya dari sudut tembok yang runtuh dan m

uk di hadapannya. Di balik lubang, terdapat sebuah batu besar dengan tunas hijau kecil yang tum

elihat tunas itu tumbuh semakin cepat. Seolah menanggapi keraguan Sahya, tunas hijau bertr

mbil alih batu, merayap di sepan

n keringat di pelipisnya kemudian berseru pada dirinya sendiri, "In

membuka matanya kembali. Keajaiban itu sirna, dinding kembali tampak seperti

atu aneh yang ia temukan sebelumnya menjadi pasir dalam seke

akhir jatuh, pandangan S

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka