Padang : The First Floor
jur,
i membawa kesegaran bagaikan bagi orang yang telah
menuju desa kecil pegunungan yang letaknya relatif terpencil. Situs Gunun
singan dan lampu-lampu kota, namun kali ini pemuda itu bisa merasakan kedamaian yang luar biasa. Pemandangan pegunun
yang dibagikan oleh Upik, seorang teman arkeologinya, juga turut menambah warna dala
gai perkembangan zaman, mulai dari ketika manusia pertama ka
ihatkan beberapa gambar serta menjelaskannya
un, dia tetap melihat jurnalnya dan
00 tahun di gua Sulawesi. Sahya melihat sekilas gambar jurnal itu, lalu sedikit mengernyit. Luki
ka berupa gambar manusia yang memegang peralatan berburu serta gamb
i bukankah ini terlalu besar?" kata S
ersebut tampaknya tidak normal. Beberapa gambar lainnya juga sama, proporsi tubuh kelinci mirip dengan beruang,
bisa melihat bagian belakang dari halaman ini, rasionya digambarkan lebih mirip aslinya" Upik memberikan isyar
n beberapa gambar yang memiliki warna. Tampaknya, warna ters
kambing, namun di gambar ini, manusia tersebut hanya mencapai tinggi tengkuk kaki rusa ini!, eh, apa itu di pojok kana
lum terlalu memahami nilai estetika, lukisan-lukisan
n dengan perburuan ini di dinding gua atau batu besar adalah agar para pemburu atau pejuang suku tersebut memiliki semangat di dalam hati sebelum beran
hya gambaran seorang pe
, dukun pada masa itu belum tentu menduduki posisi rendah dalam su
" Sahya m
Sahya. Dia juga menggunakan jargon khusus dan bahkan mengutip berbagai karya klasik dan kontemporer, hal itu
ih sederhana! Lihat!" Upik menggunakan jarinya untuk menunjuk gambar-gambar tertentu. "... dukun disebutka
yang ditunjuk Upik. Itu
engenai topik itu, dukun juga mempengaruhi bidang-bidang seperti berburu
ak pernah ada kebenaran dalam sejarah, seorang arkeolog hanya seorang yang meng
parkirnya disusul oleh rombongan ekspedi
reka ke suatu tempat yang tak hanya dipenuhi reruntuhan zaman ba
kirkan bagaimana mereka mengangkat batu sebesar itu hanya dengan tangan kosong dan membawanya untuk membang
ni cukup bagus, pegunungan hijau, langit biru, dan suasana pedesaan~ jadi bersihkan paru-parumu, Teman" Setelah berbicara, Upik mengambil per
un matanya melihat kearah lain. "Hoh! apa i
su Buntung!" Upi
.
yang menghampiri Sahya. Di situ, di tengah kondisi yang lelah, ia dudu
lang," gumam Sahya sambil mengecek
angnya terdengar suara ge
g, namun ia berusaha tetap tenang. Perlahan ia berbalik, memandan
nya Sahya, suaranyemandang Sahya. Tatapannya seolah mampu menem
neh pada wanita tersebut. Ada aura misterius yang me
menggema. Wanita itu perlahan menyibak rambut yang menutupi wajahnya, memperlihatkan
knya. Baru saja wanita misterius itu mengaku sebagai penjaga
sebenarnya?" tanya Sahya, semak
mulai memudar, seakan-akan terkikis oleh angin senja. Sahya m
rengah-engah. Apa yang baru saja terjadi? A
u, tetapi tak ada tanda-tanda keberadaannya. Seolah-olah
bawa Sahya terjatuh ke dalam lubang yang tersembunyi. Udara lem
n dengan kegelapan yang menyelimuti. Perlahan-lahan ia
i dalam sebuah lorong bawah tanah yang gelap dan sempit. Dinding-di
mnya, suaranya berg
elapan. Namun, alih-alih mendapatkan cahaya, yang terdengar h
i dalam lorong bawah tanah yang gelap dan
cahaya samar men
a berasumsi bahwa gua tersebut mungkin merupakan sisa-si
menjelajahi gua. Itu dihias dengan baik dan dia memperhatikan ber
merah menyala. Saat Sahya meliriknya, dia melihat s
t bahu, ia membawanya agar
n-lukisan hewan purba yang terdapat di jurnal Upik. Tepat di sa
paha orang dewasa, persis seperti yang tergambar dalam ingatannya. Cahaya yang memantul dari
jarinya mulai gemetar, dan dia bisa merasakan denyut jantungnya yang semakin cepat. Sebuah rasa ngilu mencekam men
pandangannya, tidak ada yang terjadi. Dinding
ia saksikan. Sahya memalingkan wajahnya dari sudut tembok yang runtuh dan m
uk di hadapannya. Di balik lubang, terdapat sebuah batu besar dengan tunas hijau kecil yang tum
elihat tunas itu tumbuh semakin cepat. Seolah menanggapi keraguan Sahya, tunas hijau bertr
mbil alih batu, merayap di sepan
n keringat di pelipisnya kemudian berseru pada dirinya sendiri, "In
membuka matanya kembali. Keajaiban itu sirna, dinding kembali tampak seperti
atu aneh yang ia temukan sebelumnya menjadi pasir dalam seke
akhir jatuh, pandangan S
*