icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Beri Kami Rumah

Bab 7 Keputusanku Bagian dari Takdir

Jumlah Kata:1267    |    Dirilis Pada: 13/08/2024

ng dengan inginku. Padahal aku sudah sholat istikharah dua kali dan hasilnya tetap sama. Semakin aku me

irku. Selama aku bersama-Mu, resah akan menjadi mudah, takut akan hilang dan khawatir berubah menjadi tenang. D

*

anku, masa depan yang masih semu dan tidak pernah ada dalam agenda pribadiku. Aku ingin pernikahan sekali seumur hidup. Untuk mencapai hal itu harus ada yang akan menerima dan mengerti

Paman Giyung, Giyung dan Pak Sul tampak kompak seperti siap tempur. Keluargaku juga turut hadir termasuk nenek k

a. Dia tinggal sendirian di rumah peninggalan orang tuanya di Kampung Batutas, kampung dimana sarat dengan ilmu pengetahuan dan religi. Oma sudah berusia 80 tahun lebih tapi masih bisa melak

, ada kekhawatiran yang ia sembunyikan di balik raut wajahnya. Namun, ia mencoba mengalihkan hal itu pada obrolan

mi ingin menjemput anak Bapak dan Ibu untuk menjadi bagian dari keluarga kami. Dengan kata lain kami dengan resmi melamar ananda Nada Alaira s

yang masih mengganjal di hati kami. Kami sangat ingin melihat anak kami menempuh pendidikan yang tinggi, mohon u

mu bersedia ikut dengan kami?" tany

an dan salah kata" ucapku dengan gugup. Aku terdiam menyimak isi hati dan pikiran. Aku melihat Giyung, dia

rannya" jawabku sa

ah..." ucap

mbahan dari saya" k

ak. Kesehariannya dihabiskan membaca buku dan duduk di depan laptop. Maka dari itu, ajari dan bimbinglah anak kami dengan pelan dan penuh kasih sayang sebagaimana kami telah mendidikny

bocorkan itu kepada keluargamu. Kebanyakan perpecahan terjadi bukan hanya pada pasangan i

tanya Paman Giyung. Kami semua m

Bapak dan Ibu untuk melakukan prosesi pernikahan selanjutnya ses

ngan keluargaku yang hadir di sana. Setelah itu, aku mengambil tas ransel yang berisi beberapa pakaian termasuk seragam kerjaku. Aku harus

mentara karena pendidikan atau pekerjaan, tapi kali ini hidup menetap di lingkungan baru dan asing. Memori masa kecil juga mengiang sepanjang l

semakin deras, dadaku semakin sesak dan jemariku bergetar. Giyung yang melihatku dari kaca spion sepertinya khawatir

*

satu rumah. Giyung mengambil tas ranselku dan membawanya masuk ke dalam salah satu kamar. Kata mereka aku sudah sampai di rumah baruku, rumah calon suamiku,

. Disana ada tiga kamar, dua kamar berfungsi sebagai tempat istirahat. Ada kamar mandi dan dapur yang cukup luas. Kekurangannya setiap kamar masih tidak berisi, hanya ada kasur di dalam kamarku. Tem

yang aku temukan satu orangpun. Alhasil aku menunggu di dalam kamar dan menghabiskan waktu bermain ponsel, menunggu ada orang y

l menunjuk-nunjuk ke arahku. Terhitung ada lima sampai e

dah jadi pengantin. Harusnya bantu-bantu kami di rumah m

i. Baru jadi pengantin udah mal

lain. Jadi, hak kami memberikan kamu perintah, men

ak orang yang sedang duduk mengobrol. Giyung juga ada di sana bersama Bu Anah, ibunya. Aku melihatnya, tapi dia mengalihkan pandangan ke arah ibunya. Selama aku disana bisa dibilang dia menyi

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka