Ilmu warisan
ti aku belum bisa menyimpulkan. Aku harus menunggu mas Bisma pulang membicarakan hal ini
sskkk
yaman bambu yang tergesek,
hal yang terja
sssssssss
an kuintip dari lubang-lubang kecil anya
semoga saja b
uh kembali ke atas ranjang kayu yang de
ett
eett
anjang kayu yang kedua, berselang sa
u artinya bukan hanya aku
k menoleh tidak ada siapa-siapa, sunyi
r tangisan begitu menyakitk
. sakit
ucuran ingat betul suara ini adalah suara wanita
ku," terdengar suara
ngan tangisan itu semakin menja
aku tidak bisa menolon
. Krieeet
awah ranjang seperti dentuman keras y
aku waktu, aku butuh beradaptasi dengan semua. Kupastikan sec
redup. Apa benar wanita itu mendengarku? Apa benar kata mbah
asa aja sih? Kalo diganggu gini k
ak langsung aku mengutarak
*
eraih ponsel di belakang bantal mencoba menghubungi Mas Bisma u
i nomor Mas Bisma tidak aktif, jadi a
amanah mbah ndak mau ada yasinan di rumah, tapi tetep aj
t setelah mengirim pesa
ok to
etuk pintu dulu? Biasanya ia langsung masuk jika tak ada Mas Bisma da
nci," teriakku malas, rasa
ek
merekah tersenyum lebar. Rasanya penat dan rasa tak
emeluknya. "Ada banyak hal yang mau aku ceritain ke kamu," ujarku manja seperti biasanya,
gin menambah pi
Suara Mas Bisma kaku, kurasa ia ma
tanpa kata, lalu menidur
aaac
ranjan
ini mau magrib! Ojo tidur .
adan. Aku ndak bisa berdir
? Sa
keluar, sembari menghampiri
ni
au
mijat tubuhnya dan bertambah kepanika
sudah," ujar Mas Bisma yang
ta ke do
Ndak, Nur. Aku hanya bu
epukkan bantal di sebelah
Bersyukur memiliki suami yang masih memperhatikan istr
eet
idur di sebelah Mas Bisma. Wajahku dan waj
ar. Satu notif panggilan
kantormu ya? Ponselmu ketinggalan dika
n aja ...," katanya sambil m
apnya. "Kenapa? Katanya
makin penasaran kucoba untuk merebutnya. "Kenapa s
bagaimana pun tubuhku tak seim
i Mas Bisma
tetap berusaha merebut
tar
terlempar
ah layarnya masih hidup dan kutekan untuk
mualaiku
seberang panggilam, hiruk pikuk sua
ng habis magrib ya. Mas
ai nyaris mati kehabisan napas, jantung berdegup tak ka
uh tubuh, bulu kuduk berdiri sec
menoleh,
i menguasai dalam kamar. Posisiku ma
aku masih tetap dengan pendirianku tidak menoleh s
in tak karuan, aura hawa dingin menjadi
ruh penjuru kamar, benar-benar busuk sep
ang. Kuberanikan d
mill
n, kuangkat wajahku mendongak. Ada sek
mu?" ujar
angisan pil
atanya mau