Jatuh Cinta Pada Ibu Susu Anak ku
ponselnya tak
t jari-jarinya. Ragu-
, Ruth sudah tak terhitung juga berbohong pada dirinya. Tapi apakah ia harus membalasnya
nap
isi kopi panas yang barus
u." Uppsss, Nina menutup mulutnya
al
ah." Ia menunduk menatap lantai yang semakin dingin ia pijak. "Bagaimana kalau aku berhent
yi petasan. Nina menarik nafas dalam-dalam sekali lagi, sesak dihatinya
Ruth selalu tutup mata tentang pendidikannya, acuh dan masa bodoh. Jangan lupa apa yang pernah
ngkah mundur tu
kerjaan mu ses
tika bau maskulin menyerua
k .
mundur namun Hans kadun
tnya. Nina kesulitan bernafas, tubuhnya dikunci agar tidak
ontak tapi tangan kekar
lawan Dadd
ri yang kurang ajar mereguk aroma wangi tubuh w
u ditengah sesak dadanya, menarik ujung kemeja yang
pelukannya. Sebelah tangannya yang bermain di
anda bahwa tubuh gadis ini adalah miliknya. "Please dad, jangan la...kukan ini." Mohonnya tapi Hans tak bergeming terus menjamah leher gadis yang sekarang seperti patung es. Membeku bak disengat listrik
frustasi. Kalau ia telah salah, Hans bukan tempatnya menca
Nina hanya menatap lurus pada mata laki-laki menopang s
al
nita lain." Nina men
ebih lanjut. Bersiap menjangkau gagang pintu. "Daddy
ulkan kejernihan otaknya. "Sorry Nina." Ucapnya setelah mendengar tangisan meluncur dari bibir gadis yang ia kekang keras. "Daddy membua
epalanya dipenuhi hasrat menjadikan Nina bu
lah milik
ah jika tidak Ruth akan merusak segalanya. Jangan katakan apapun
a dengan buku-buku jari yang putih dan memucat berada di tengkuk lehernya. "Axelle menangis
ali mengucapka
arkan ramuan ajaib menghentikan tangis Axelle yang kian melengking. Obat dari segala obat, asi. Bayi itu men
iasi kening mulusnya dengan satu tang
ia kembali menggigit. Ia benar-benar tak tahan sakit luar biasa nipple-nya seakan mau terpisah dari tempatnya. Nina menjauhkan Axell
menyedot susunya, tersedot pula energinya. Belum lagi nipple-nya
apa
elihat Nina yang
badan saya l
n sesuatu non?"
? Makin besar kebutuhannya makin banyak juga. Hahh,
i bayi laki-laki. Nyusunya lebih
ong ambilkan a
sak
luar sebelah, tadi Axelle marah-marah ASI-nya gak k
nghela nafa
. Bi Marni mengambil baskom dan air hangat dari d
mende
t ap
erti waktu itu." Terang bi Marni meny
jung-ujungnya. Nina mengambil baskom dari tangan bi Marni dan per
san dengan Hans, Nina mem
seraya memindai tubuh Nina y
rus. Sepertinya kesakitan non Nina. Kasihan." Hans hanya duduk menjadi pendengar. Batinnya mencelos tapi ta
perusahaannya Hans tak pernah fokus. P
njang tidur disamping Axelle. Mungkin sedikit bermain bersama Axelle bisa menenangkan pikirannya. Ini bukan soal Hans sudah lama
Daddy." Hans menciumi pipi
apikan dress-nya. Padahal ia masih ingin mengompresnya bukan hanya karena terluka Axelle mengas
a Daddy ya nak." Kat
y tid
send
a Daddy tidur dikam
asalahnya aku
i tengah. Awas kalau Daddy
idahnya seperti laki-laki yang menginginkan perempuan. Mesum, cabul. Bukan seorang Daddy kepada calon anaknya. Hans menatap Nina
muncul, Nina baru saja membu
menangis terbangu
dalam gendongannya. "Wuaaa, ciluk baaa. Wuik...wuik...." Rencana jahatnya berjalan lancar, Axelle yang terganggu tidurnya makin tantrum mengeluarkan suara
ya Nina harus memberinya air susu. "Yukkk...yuuk, dedek haus tahh. Tapi bobo lagi ya, ini masih malam." Bujuknya menidurkan Axelle kembali ke kasur
edot Axelle membuatnya diam seketika. Hans yang mengintai Nina sejak tadi memindai tubuh gadis itu dengan seksama. Walau ia tidak masuk kriteria body goal, ukuran dadanya terisi penuh. Tubuh kecil
n imajinasinya mencari kesempatan ketika Nina tidur dengan gelisah meliuk-liuk di dadanya. Ia bisa melihat wajah Nina dari jarak