Demi Cinta
rasanya ja
eperti ribuan kupu-kupu
yang membuat ku emosional dengan kege
nanya. Ah, itu membuat ku menjadi menggebu-g
, ya tentu untuk berjumpa
u. Tak di sangka-sangka kami berakhir menjadi ke kasih dan kemarin dia melamar ku dengan begi
ak biasa dengan harga beberapa ratus ribu. Tapi itu sudah cukup untuk membuktikan k
a siapa aku akan menikah. Tapi kali ini aku akan mengatakan semuanya pada Ayah dan meminta restunya. Dengan hany
i Aku tak bisa menyembunyikan ekspresi senang ku. Aku terus men
a menikmati paginya dengan secangkir kopi sembari sibuk membaca korann
s ku hampiri Ayah, dan lagi-lag
ku sembari tersenyum manis "Ah, terimakasih sayang." ucap
gilnya. "Ayah." suar
gkirnya di atas meja sembari perhatian
tu, apakah Ayah akan me
buah senyuman terangkat di sudut bibirny
menyender manja di kedua kakinya. "A
an, rasanya dia tahu aku m
aku mencintai seorang pria yang ku temui dua tahun lalu, dia manis dan
, tampaknya Ayah benar-ben
cintai mu. Putri Ayah sangat cantik. Setiap pria yang melihat m
persis sepe
ku malu dengan pujianny
antis, penyabar, dan dia pria yang tampan. Ayah tahu dia selalu mendahului segala kepentinganku, aku sung
pa namanya?" tanya Ayah, dia tersenyum lembut ke
h perusahaan komponen ponsel Ayah. Dia lebih tua dua tahu
seketika berubah tajam, wajahnya menjad
aimana?" suara Ay
alau begitu dia anak yan
apa h
natap sendu punggung Ayah yang berdiri membelakangi ku. Aku
a kamu bisa hidup. Tidak Bella, kamu
an Ayah menyakiti hati ku. Aku bergega
gannya. Ayah pasti akan langsung
k!!" Tegas Ayah, dia membuang m
kali temui dia Ayah. Ku mohon." Mataku ber
ekik Ayah lantang, d
tangisku tak pecah dan se
yah!" Aku tak tahu bagaimana la
ya menatap ku, tak Ada
a baik akan berubah menjadi jahat dan kamu akan menyesalinya seumur hidup
lihat Ayah semarah ini. Mungkin benar ayah mengkhawatirkan
ya
Tunjuknya
aikan ucapan ku, tapi Aya
dan pergi meninggal
saha agar tak men
bergetar Aku berusaha keras menahan tangis. Aku ber
nya. Tak peduli dengan ku
ilnya dan terus memanggil, Ayah tetap acuh dia bahka
sembari menatap mobilnya y
tak mungkin hidup tampannya, tak akan mungkin. Aku terduduk di lantai dengan derai air mata yang te
ntainya." gumamku, tert
Berjalan masuk ke rumah dengan lunglai. Mataku terasa bengkak akibat terla
amar. Ku satukan kedua tanganku, "Ibu apakah s
bahkan belum menemuinya, tolong beri A
berucap Ibu tak mungkin tiba-tiba
iksa. Ayah tak merestui kami. Lalu b
tatapan kosong terarah ke jalanan. Kamar ku berada di lantai d