No Hearts Available
? Ay
n cairan itu. Pemuda itu berusaha menghalau rasa dingin yang membuatnya ingin segera membuang isi baskom itu ke wastafe
anyak air. Nia sedang keluar rumah. Wanita itu menuju ke pasar saat pagi buta, katanya supaya tak terkena macet.
panggilnya
gun,
aya mulai menjelaskan sekitarnya, mendapati satu-satunya anak menyebalkan di rumah tengah asik menggeser layar ponsel semen
tanya melirik sinis, perlahan dia b
dari sang ayah sudah terbangun. Senyum
bahu pemuda itu pelan.
an senyum geli.
telinga ketika gemas, juga kedisiplinan Alfa yang hanya mandi sekali dalam dua hari. Mereka melupakan sejenak peristiwa di luar nalar itu, seakan waktu mem
tadi mengupi
ndong-bondong menyerang ingatan. Dia sontak mundur hingga kepal
?!" seru Ja
membuat senyuman jahil terlukis di wajahnya. Dia memekik dengan nada gus
tak percaya, dia kembali mela
ang rumah mereka. Namun, sudah lama sekali, ketika buyut Alfa masih hidup dan tinggal bersama mereka.
tetapi Thea hanya mengerjap bingung di t
ayah, berbisik agar orang lain tak mendeng
lfa menggema setelahnya, menyadari keisengan sang putra membuat pria itu mem
tamu mereka. Dia menyuruh sang gadis duduk, lalu menyadari atap rumah mereka yang tampak berbeda. Ah iya, gadis itu melakukan sihir tadi, batinnya masih syok. Baru hendak membuka mulut, dan menanyakan segala pertanyaan yang bersarang dalam ha
riak kegirangan, "
, padahal dia sudah memberitahu lebih awal.
engakui kesalahannya. Dia justru mengub
tamu?" Janar mengerutkan dahi. Tercengang mendapat
santai, "Alfa bilang A
i telunjuk dan tengah-membentuk huruf, sembari m
engan raut yang berga
asa berat kepalanya. Dia memalingkan wajah, justru merasa tak asing dengan warna mata yang tak siapa pun mil
i sofa, berjalan menuju kamar perlahan seray
ibu yang meng
*
a hitam berjaga-jaga agar tidak bertemu pandang dengan manik mata Thea yang mendadak membuatnya bergidik, entah kenapa. Nia meminta izin untu
gak banget. Kan tidak mungkin Thea jawab 'saya asli Bogor, Om' begitu misalny
lop
warna gelap dengan tujuan agar lawan bicara lebih terintimidasi dan menjawab dengan jujur. Entah mendapatkan pemikiran dari mana. Baru sekali ini, si pemuda mendengar nama t
itu di google maps-nya. Tak ada hasil apa-apa selain tempat yang A
nya mencatat hal yang menempel dengan tanah,
ehidupan juga?" Janar
"Tuh buktinya d
anyaannya sendiri, seakan gadis itu adalah alien. Di
eri tahu." Thea men
ni mempunyai hak untuk tak menjawabnya. Dia meng
sandar pada tiang itu buru-buru berdiri tegak.
" balas Thea merend
dua orang itu merasa merinding.
*
hidup seorang an
, mungkin Alfa akan berteriak. Are u serious?! Anda masih waras, 'kan? Gulungan kertas itu makin panjang kala Alfa melep
i." Janar tersenyum bangga seola
s lakuin ini?" pro
annya," balas Janar tenang membuat Alfa menaik
gkas pohon mangga di kebun, Alfa merasa tak masalah. Bahkan jika disuruh menyapu halaman rumah tetangga, dia akan segera berlari
pembantu sehari,
da sang ayah. "Aku le
a dengan nada menggoda. Dia meno
gadis itu lebih membuat tengkuk lehernya meremang. Jika tempo hari kunang-kunang bisa membuat pingsan, maka ibu kunang-kunang akan membuat n
nnya. Serangga itu terbang menuju Alfa dengan arah tak
arat pada hidungnya itu menghilang, meninggalkan asap yang kemu
amu lakuin per
*
ri sendiri. Thea telah berdiri di sebelahnya tanpa membuka suara. Janar memerintahkan gadis itu untuk mengawasi sang putra. Perasaan mereka bar
atahari hari ini tenggelam, dia akan segera menyelesaikan segalanya. Harus! Dia men
ngan kelopak palin
tu ke saku celana, dan mengambil kunci motor dari saku lainnya.
ea yang tengah berputar-putar dengan gaun barunya. Gaun lama Nia sangat cocok deng
er?" tanyanya seraya me
berpikir demikian sepanjang perjalanan. Bagaimana gadis itu te
terlalu banyak menghabiskan waktu dengannya membuat hati t
sumsi micin? Alfa menggeleng, menambah kecepatan kendaraannya agar segera tiba