Misteri Cinta dan Masa Lalu
isa membaca ekspresi wajah gadis
anjutkan pemeriksaan. Jangan terlalu lama. Karena kita harus men
engerti!" j
ter Han dan Suster
ngguh memalukan sekali," ucap
*
puku
i datang secara diam-diam, seperti biasa ia datang tanpa pernah ada yang menyadari kehadirannya. Wajahnya tertutup masker, membuatn
kertas itu, tergambar sebuah batang pohon yang lebat dengan daun-daunnya. Yang menar
Ia menatap Ae Jin yang sedang tidur dengan tatapan yang sulit ditebak, lalu perlahan meninggalkan kamar itu tanpa membua
jadi pertanda bahwa ada sesuatu yang akan terjadi dala
engambar sesuatu. Oh Ju, sang ibunya datan
hat Ae Jin yang sedang mengambar pohon yang sangat mirip dengan l
a Oh Ju sedikit cemas. Tidak ta
rti ini Ekspresim
an saat ini, " Ah...Aku hanya penasaran. Kenapa bisa a
galkan di sampingku s
dari mana?" tanya
mpingku, Aku mengira Mama yang m
gan baik, Bahkan...san
n menjual semua lukisanku setelah aku sembuh nanti. Agar uangnya
ri dia? Kenapa dia bisa tahu
g jangan menga
apa,
eharusnya berbaring dan bukan meluk
dan tidur. Aku ingin mengambar apa
pun kamu mau, Ada lagi...Yoo Min akan data
apa dia
nkah hubungan kalian san
endiri. Lagi pula di sini ada dokter dan suster yang meng
kah masuk dan men
i," sapanya
tu dengan tersenyum, "Dokter Ha
ari ini?" tanya Dokt
dur semalaman setelah m
gambar, Ia pun terdiam seketika. Tatapannya langsu
memperhatikan reaksi Dok
i putri saya?" tanya Oh Ju yang seng
memeriksa tumornya. Kalau tidak adalah masalah lain. Maka
rdiam mendengar ja
idak mungkin aku membiarkan dia melihat dadaku
tidak nyaman, Apakah bisa jangan periksa lagi?" tanya A
r. Walau untuk saat ini tidak bahaya. Akan tetapi, akan be
p Ae Jin den
mana kalau sekarang kita melakuk
sok saja," pinta Ae
nya karena sudah paham deng
tan Ae Jin y
mencubitku?"
ulah lagi, Cepat biarkan d
belum bersedia
lagi," bentak Oh
angan mengira aku tidak tahu apa
u tentu malu kalau sampai harus buka-bukaan di depannya," keluh Ae Jin dengan ceplas-ceplos, lupa bahwa Dokter Han ma
di situ dan langsung menutupi wajahnya dengan
, menepuk bahunya pelan. "Kamu ini