Kakak Kelasku
persembunyiannya, lalu terdengar suara ketukan pintu berkali-kali dan suara menggelegar pun m
sudah pagi dan dia pun b
amu terlambat lho." ucap wan
udah bangun
n seragam sekolahnya. Lalu menuruni anak tangga untuk sarapan tetapi waktunya tidak memungki
u tidak sa
gar tidak terlambat. Karena kalau terlambat maka habislah nasibnya pasti di suruh keliling lapangan basket
belum tentu aman karena sudah ada seseorang yang menunggun
m segini baru dateng di tambah
dah ngebut tahu."
at Rania tersenyum manis, tetapi tidak dengan ket
t pintu, belum ada yang berani mendekatinya. Jika ada keesokkan paginy
arah nanti cantiknya il
sahabatnya itu tanpa rasa bersalah sed
gala 'kan malu di depan ayang Rania ni
k diam saja dan tidak ikut campur. Dia menatap taja
umannya, jangan bikin samp
yang lari." jawab Ran
ahnya saat ini dia sedang menatap ke arah Rania si gad
ia menarik tas Rania dan menyuruhnya untuk berlari. Sementara kedua teman Elang bergeg
ng-kunang lalu kepalanya terasa sangat pusing. Rania mencoba berta
n membuat kedua teman Elang panik dan menghampiri Rania. Tetapi tid
UKS di tambah wajahnya juga pucet
a." ucap
Rania sementara Elang hanya me
*
sudah sadar dari pingsannya, dia dan kedua teman
gi ia tidak sarapan dulu. Melihat itu kedua temannya hanya mengge
? Terus lo di hukum sama si ke
I
sarapan terus
I
dengan makanannya kini Rania dan kedua temannya pun kembali ke kelas. Sebelum ke kel
ayang Rania udah makan b
dari gue. Suram gue ngeliatnya." ucap R
a tajam, kedua temannya menahan tawa mereka lalu Elang menata
ania, baru kali ini ada yang berani bilang suram tentang dirinya. Biasany
mannya menghampiri Elang dengan cepat
dua temannya selalu mampir dulu ke mall hanya untuk sekedar cuci mata. Tetapi kali ini rencananya
nunggu kedatangan Putri kesayangannya, lalu menyuru
lesai ia pun segera menyusul dimana ora
uruh pulang cepet, padahal Rania mau m
mu sama teman Papa, sudah lama Papa sama M
reka mau kenalin anak mereka
a lagi yang mereka rencakan kali ini. Rania benar-benar pusing jika
menghembuskannya perlahan, ia menatap
lagi, benerkan!"
apa yakin pasti kamu setuju." uca
s ya
Irma menatap sinis ke arah suaminya, sedangkan
saan Rania. Dia masih but
sayang, jika Rania me
idak mengerti dengan otak suaminya itu daripada berd