Zombie in my life
g lebih baik. Kemudian kami melihat suatu kejanggalan, ada seseorang tergel
l kita bisa lewat" bilang Fadil. Mayat itu menghalangi jalan kami, kami tidak bisa lewat kecuali memindahkan mayat itu. aku turun dari mobil, "gol, bantuin",
a membujuk. Fadil kemudian mematikan mesin mobil dan turun sambil mencoba
katnya, setelah kami angkat kami pindahkan ke pinggir dekat pohon, "dah, ayo lanjut", bilang Fadil. Seketika aku mempe
i. aku perhatikan wajah mayat yang samar akibat darah dan kotor terkena tanah. Aku bersihkan wajahnya, dengan tissue yang kebetulan selalu aku ba
n wajah temanku. "woi Rif ngapain? Ayo naik!", panggil Fadil. Ketika aku akan kembali
Ragol dari mobil. Aku berusaha untuk berdiri tapi tak bisa aku terduduk dengan mulut ternganga, sekujur tubuhku merinding dan gelus, tapi ini, ini lebih horror!. "Allaaah..", aku bisa mendengar suara Mo, Fadil, dan Ragol yang sama takutnya sepertiku, aku bisa membayangkan wajah mereka
m, kulitnya membiru, lehernya bekas kena gigitan, bajunya robek dan penuh darah. Mayat itu berjalan!, dengan kaki di seret, lamban, tapi
eret, mayat itu mencengkram wajahku, tangannya kasar, aku masih tidak bisa bergerak, entah karena shock atau takut. Leherku tercekik, mayat itu mencekik leh
ayanganku ketika masih di villa bersama teman-teman, saat aku meminum kopi dan menikmati pemandangan di Pandaan. Aku hanya membayan
am, aku mulai bisa membayangkan rasa sakit gigitannya, tapi aku merasa masih baik-baik saja, m
mpel di wajahku tidak menutupi pandanganku, kulihat mayat itu terkapar di sebelahku, tangannya masih te
a bersiap memukul mayat yang menyerangku. "aaaaark, aaaark", mayat hidup itu masih bergerak, berusaha berdiri. "praaak!", Fadil
ku berdegup kencang, aku tenangkan diriku sebentar, butuh beberapa detik untuk menjawab, "iya gak apa apa". kami berempat kembali ke mobil. Aku masih belum
ah yang biru dan pucat. Mata merah, bibir penuh dengan air liur, tunggu, aku pernah melihat yang seperti ini, waktu di kamp karan
tadi? .", kata Ragol. "kayaknya itu efek dari virus COIT 20, semalam aku melihat mirip sepe
i mesin mobil masih belum nyala, yang mengemudikan, Fadil terdian melihat tubuh mayat ya
gaimana keadaan di boyo city yang rumornya sudah sepenuhnya terinfeksi. " ayo dil lanjut berangkat", bilang Ragol samb
e? bagaimana nasib keluargaku? Bagaimana jika ketiga temanku yang masih kami cari terinfeksi virus? Ah tidak!, aku harus membuang jauh-jauh pikiran sep
masih dalam kawasan hutan. Kami ber
isku. "dil, aku tahu tadi aneh banget, tapi kita gak bisa jalan pelan
eh dan gak aman", bilang Ragol sambil memegang pundak Fadil. Fadil menoleh ke arahku dan Ragol, "aku tau, aku gak
enjadi panik dan arah kemudi menjadi goyang karena zombie yang berada di depannya. Mobil jeep tidak ada atapnya Zombie itu berusaha memegang wajah F
dari kaca depan. Namun pegangan zombie itu terl
jah zombie itu. tapi entah pukulannya lemah atau zombie itu me
at. Di depan kami ada pohon besar. "BRAAAG!". Dengan kerasnya kami menabrak poh
dia masih "hidup". Tapi dia tidak bi
gi. Tapi syukurlah kami semua selamat. Kami berempat langsung turun dari mobil. "Allaah, udah gak kuat lagi
upun dalam diriku di liputi perasaan cemas dan takut yang luar biasa. Fadil, Mo, dan Ragol terdiam melihat zombie yang tubuhnya tergencet mobil ,mengerang dan me
illah min dzalik " Sahut Ragol. Kami semua memperhatikan wajah zombie itu, seorang pr
, biasa saja dalam waktu singkat berubah menjadi monster. Oh Tuhan se