Pembalasan Dendam Sang Duda Kaya
asa kecilnya bukanlah hal yang cukup membahagiakan, Ben cukup senang bisa menging
erkunjung ke Panti Asuhan Kur
erapa detik ia kembali merasa sesak. Dengan terburu-buru ia melangkah keluar rumah tanpa memedulikan penampilannya yang kemungkinan besar t
sekali?" keluh Ben dengan gusar. Ia menendang salah satu daun pintu
mata, kesilauan oleh cahaya matahari yang masih bersinar dengan begitu terang meski pagi belum lama datang. T
biasa saja. Ben masih enggan menggunakan sebagian besar harta yang tiba-tiba saja ia dapatkan. Ia hanya memakai seluruh tabungan serta mengambil sedikit uang dar
ngan jelas asal-usulnya, mungkin B
melihat seorang pria bertubuh kurus kering tengah mendorong sebuah gerobak berwarna hijau. Beberapa tambalan tampak menut
elah secara fisik dan mental, kalut, serta kehilangan tujuan hidup lantas tidak mampu untuk menahan diri. Dengan sengaja ia
berjalan tanpa peduli sedikit pun. Apalagi sang pedagang tidak
anya. Kedua matanya sedikit melebar, mendapati bahwa ia tanpa sengaja meninggalkan dompe
u saja situasi seperti ini bukanlah situasi yang asing bagi Ben, tetapi sekali lagi, saat ini ia sungguh tidak mampu menahan emosi. Sehingga dal
an sepertimu!" Tanpa gentar pemu
dengan lebih layak? Sebentar lagi akan banyak anak-anak yan
tantangnya sambil mencondongkan tubuhnya ke depan. Gadis yang sedang bersama pria di depannya s
bisa menahan diri. Di sisi lain, Ben juga ingin seseorang menyadarkannya dari pikirannya yang kacau dengan cara memukulnya. Namun, tid
layangkan pukulan tepat di rahangnya. Sebuah tendangan juga mendarat ke perut B
g. Ben memasang kuda-kuda meskipun ia sama sekali tidak berniat untuk membela diri. "Pukulanmu hanya
embaranga
sakit, tetapi tidak sedikit pun ekspresinya berubah. Keributan di antara mereka lantas menarik perha
Pria yang sedari tadi menikmati waktu dengan memukuli Ben langsung lari terbirit-
ngatakan apa pun, ia melewati sang satpam yang kebingungan, b
anjang, Ben masuk dan mengambil satu botol. Membayarnya dengan uang receh yang dimilikinya lalu me
pak kaca
rbicara dari arah belakang. Secepat kilat ia berbalik, tetapi tidak ada siapa-sia
sebuah kamera profesional. Kamera itu didekap dengan begitu erat, seolah berisi rahasia terbesar yang tidak boleh sampai terun
erus-terusan menahan gangguan-gangguan kecil di hidupnya. Bahkan membayang
inkah Thalia membayar seseorang untuk mengawasinya? Tidak. Thalia tidak mungkin tega melakukan itu kepadanya. Wanita itu jug
nguntit dengan kecepatan penuh. Efek dari alkohol yang baru saja diminumnya juga sedikit mengganggu keseimbangannya. S
pada akhirnya ia kehilangan jejak s
ia?" keluhnya sambil s
dengan deru kendaraan di sekitar. Ben menunduk, mendapati bahwa di bawah sana ada beberapa orang yang tengah berbaring tepat di tepian
n lantas menoleh ke sana kemari. "Lucu
*