Pembalasan Dendam Sang Duda Kaya
Maksudmu, p
ria yang menggunakan kaus hitam tipis yang warnanya sudah cukup luntur itu terus
a bisa ia mencurigai seseorang begitu saja? Dari dekat, tampak jelas bahwa orang di depannya ini tidak berbahaya. Sang pen
merogoh saku kemejanya, mengambil beberapa lembar uang berwarna ungu. "Terima kasih atas kerja keras Bapak.
lebih dahulu. Dengan cepat ia keluar area pemakaman. Menumpang mobil bak ter
t maupun lambat, tanpa ada keraguan sedikit pun. Tubuhnya tegap, lengkap dengan dagu yang sedikit terangkat. Membuatnya terlihat gagah meskipun dengan waj
t menekan alas sepatunya yang menipis. Ben mendecakkan lidah dengan kesal lalu men
nya yang tidak tertutupi pakaian yang layak berayun pelan, seolah-olah tengah terdorong oleh ombak yan
frustrasi kepada pria kumal yang seenaknya menegurnya. Namun, ia tahu betul bahwa berbi
lan sambil melepaskan beberapa kancing bagian atas kemejanya. Mend
li berteriak. "Jangan terus berkelia
nyataannya memang benar, ia tidak lagi mempunyai hubungan
hat dua orang laki-laki berpenampilan preman sedang adu mulut, masing-masing memegang benda runcing di tangan. Melihat sekilas saja Ben
wa karena tetanus. Ben akhirnya berhenti melangkah dan mempertimbangkan k
jantan! Apa kepalan tangan kalian itu tidak ada gunanya?" tegur Ben dengan suaranya yang besar
bekas luka horizontal cukup panjang tepat di bawah mata kanan. Dengan santai pria itu membuang botol bekas di t
dengan kata-kata kacau yang pria itu ucapkan. Semburat biru mewarnai bibir, kuku, dan juga lututnya. Ia juga bernapas dengan terengah-engah.
. Bau aneh yang menyengat membuatnya mengerutkan hidung. Berkali-kali ia mencoba membangunkan sang pria dengan menampar pipi atau menekan
awal, kami berdebat karena aku merasa ada
h, ia sungguh tidak butuh mengurusi permasalahan orang lain. Namun,
a ia mampu mendengar bisingnya kendaraan bermotor yang saling bersahutan memenuhi jalan beraspal. Bau sampah tidak lagi memenuhi penciumannya.
menemukan tempat yang ia cari. Ia memasuki tempat itu dengan sangat te
t denganku," pintanya dengan suara lantang. Puluhan pasang
alam lalu berteriak. "Seseorang tidak sadarkan diri tidak jauh dari sini! Di pemukim
ngan kesal. Salah satu di antaranya kemudian menghampiri
rakan dulu masalah apa yang sedang
, jangan buang-buang waktu lagi sebelum
sampaikan tadi, sepertinya tidak ada hal mendesak yang sedang terjadi. Orang-orang jatuh tidak sadarkan di
rtahan di kota yang kacau ini! Tempat ini memang jauh berbeda dari tempat tinggal impian semua orang, tapi setidaknya, kukira mereka semua
a menatap Ben dari ujung kaki hingga kepala. Sebuah seringai menyebalkan
utkan keni
mengonsumsi sesuatu kemarin, bukan hari ini. Katakan, apa itu?" tanya polisi itu lagi tanpa memeduli
kembali karena frustrasi. "Kenapa tiba-tiba kamu
mengulurkan tangannya ke arah pintu keluar. "Ini akan memudahkan kita semua. Aku juga tidak per
ang berdeham keras membuatnya menoleh dan melihat beberapa polisi lainnya telah berdiri waspada dengan senjata api di tangan. Semuanya ditujukan kepadanya sement
-olah mendidih m
a ingin memiliki atap dan dinding layak untuk tempat keluarganya bernaung. Lokasi dekat pantai tempatnya mencari nafkah ia anggap s
or yang beredar. Apalagi kini setelah ia tinggal sendirian, mata Ben menjad
berdaya mengangkat kedua tangannya di samping kepala dan berbalik un
elah membuat Alisya kehilangan nyawa?
ekilas Ben melihat pria itu berdiri di dekat tubuh yang terbujur kaku di atas tanah. Sebagian tub
Aku akan mengubu
gang sempit yang sedikit lebih lebar dari tubuhnya. Dalam hitungan detik ia keluar ke jalan
lebih dari enam meter persegi dengan pagar kayu bekas sebagai penghalang. Ben mendorong
terdorong olehnya da
pintu ini tid
*