Pengantin Sang Duda
pasien sudah terlelap dalam tidur masing-masing. Sementara di lorong yang lain, lampu masih
luar ruang operasi dimana sang istri sedang melakukan proses persalinan. Seseka
ker sangat emosi. Ia ingin mengumpat. Ia ingin menyumpahi seseorang. Namun ia tahu kalau semua itu tidak ada gunany
h bayi itu akan keluar d
ustru apakah istrinya akan selamat atau tidak. Dia tida
ih mengenakan seragam operasi keluar dari pintu ganda itu dengan satu b
erempuan,
istri saya?" pot
ayi itu adalah bukti buah cintanya dengan sang istri, tapi bayi itu
t itu dengan sabar. Perawat itu kembali mencoba menyerahkan s
ti menginginkanmu untuk melakukannya." Bujuk san
a. Dengan berat hati ia mengulurkan tangan, menerima bayi dari
ak yakin seperti apa warna matanya. Apakah akan sama seperti miliknya atau milik ibunya. Alisnya bahkan hampir tidak ada. Hidungnya kecil
Setelah menghapus airmatanya dengan kasar, Ilker berjalan ke sudut ruang, mengangkat kepala bayi itu sampai sejajar dengan kepalanya, mendekatkan telinga kananya ke b
il itu. "Sudah memiliki nama?" Tanya wanita itu pada Ilker, tapi lagi-lagi Ilker memilih memalingkan
emikian dan dia memakluminya. Hati pria itu sedang
n membawa bayi Anda ke ruang bayi." Umumnya yang dijawab anggukkan oleh orangtua Ilker. Dan se
ngannya kembali meremas rambutnya. Anaknya sudah keluar, lalu bagaimana sekarang? Bagai
hawatirkan, keselam
asangan suami istri pada umumnya, dia dan Syahinaz hidup dengan penuh cinta dan
selalu terlihat baik-baik saja, kala itu mul
tah setelah selesai makan. Saat Ilker bertanya apakah istrinya baik-baik saja, w
eriksakan diri ke dokter-terlebih saat ia melihat Syahinaz yang kian hari kian kurus-Syahinaz justru menol
pack untuk memastikan dugaan Syahinaz, dan benar saja. Beberapa alat test pack berbeda merek
menolak karena menurut pencariannya di internet, kehamilannya yang masih muda tidak akan menunjukkan
melakukan pemeriksaan total. Kabar tentang dirinya mendaftarkan Syahinaz ke dokter kandungan jelas langsung sampai p
ebab dokter merasakan ada keganjilan di tubuh Syahinaz. Dokter menduga, tahu kalau selain
h dan juga USG perut yang lebih teliti, namun saat hendak melakukan MRI, Syahinaz menolak
ujuk Syahinaz untuk menggugurkan kandungannya. Namun istrinya itu menangis dan bahkan mengan
unanya anak itu lahir jika kehadirannya
bukannya tidak berusaha dan hanya pasrah pada keadaan, tapi disini ada janin yang Tuhan
rdosa juga karena jelas ini hubungannya dengan kesehatanmu." Ilker masih bersikeras. Namun kekerask
kuat. Minimal saat dia masuk trimester kedua atau maksimal setelah
Kita bisa saja terlambat mengob
ang Tuhan berikan untukku. Nyawaku, untu
ergerak cepat mendekati sang istri yang duduk di ujung tempat tidur. Berdiri di a
gat penting untukku. Aku mencintaimu, Syahinaz. Kau itu nyawaku, kau hidupku, kau pemilik hatiku. Kalau sampai kau pergi, apa yan
ya di kepala sang suami dan memeluknya erat. "Aku juga mencintaimu. Aku
kan aku melakukannya nanti, setelah anak dalam rahimku ini cukup kuat untuk menjaga dirinya
istri, ia menurut. Tepat di bulan keempat masa kehamil
keduanya melemas seketika. "Kankernya sudah menyebar ke selaput perut dan kelenjar getah bening
an proses penye
si istri Anda yang sedang hamil, maka pembedahan baru bisa dilakukan setelah melahirkan. Kecua
dua, kem
ya, apa akan baik-baik sa
an salah satu jenis kanker yang bisa menyebar ke janin. Namun tetap saja, efek dari kemoterapi akan
an istrinya, jelas masih dengan prinsip awalnya yakni memilih untuk tidak
emakin besarnya kandungan Syahinaz
at, ia bahkan berjanji akan membawa istrinya keluar negeri dan
mendahulukan sang bayi tak peduli bet
saat melahirkan?" tanya Syahinaz di suatu sore saat mereka sedang ber
wab Ilker lirih. Ia tidak suka dengan pembicaraan semacam ini. Ini seperti kode ya
lan yang hangat. Wajahnya pucat, rambutnya yang dulu hitam dan lebat kini su
lami busung lapar. Perutnya membesar sementara wajahnya teramat tirus sampai tulang pipinya menonjol. Matanya cekung dengan
nak yang ada dalam kandungan itu adalah anaknya, di h
adi salah satu bagian dari yang
itu. Kau tidak akan meninggalkanku, Syahinaz. Karena jika itu yang terj
sumber kebahagiaan." Ucap Ilker marah yang me
ker
tidak. Kau sudah berjanji pa
an melakukan semua pengoba
hal yang sama." Dan setelah mengucapkan itu, Ilker bangkit dari duduknya, meningg
akan melakukan operasi pengangkatan kanker pada ist
k bisa hamil lagi, namun Ilker tak peduli. Bag
ak
iliki panti asuhan yang mengurus anak-anak kurang beruntung. Syahinaz buk
tan sang istri. Bahkan bayi yang perawat katakan akan di
rtahan duduk di ruang tunggu operasi, menunggu pintu terbuka dan memberikan kabar