Oh, Love?
ndidik mu menjadi
bisa kau
lahnya. Setidaknya putra kita bertanggung jawab
hak diperlakukan se
ri itu sekarang, kita harus menjadi tempat nya
enarkan tindakanmu itu. Walaupun k
mengamati sekeliling yang tampak berbeda dari kamarnya, ah seketika dia mengingat kembali kejadia
a terkejut tat kala melihatnya terbangun. Jane, ingat itu t
an memarahi mu karena hal itu pantas dia terima" Tante Weni meletakan nampan berisi semangkuk bubur dan segelas
curnya aku? bagaimana kehidupanku kedepannya?! lalu mama orang yang ku miliki satu-satunya tak mempercayai ku lagi
kan kejinya kita bertemu seperti ini. Sungguh aku menyayangkan tindakan pria bajingan itu-" Tante Weni sibuk me
s mempertanggung jawabkan tindakannya. Aku tahu ini amat berat untukmu terlebih harus terpaksa menerima pria yang menghancurkan mu, maaf pun t
putranya malah berbalik melindunginya dan sekalipun tak membenarkan ti
lani karena kecelakaan akan semakin menghancurkan. Perlahan akan di lekang waktu dan aku berharap tidak akan ada satupun wanita yang mengalami hal seperti ini. Terimakasih karena berbaik hati padaku, t
kahkan? yang ada kami harusnya malu padamu atas segala tindakan putra bodoh kami" Ucap Joni, pria bertub
tak bisa dihindarkan. Sekalipun kau ingin menolak aku tak akan mengabulka
amun kembali terdiam saat tatapan t
a berada dititik semangat mengejar impian terpuruk seperti ini. Lalu paman Joni berkata "Karena disini kau lah diru
, sikap tegasnya, dan wibawanya itu. Tante Weni juga sama, dia lembut, ramah, s
il hati, dia tak memarahi mu. Itu tindakan yang mem
makan dan beristirahat lagi. Jane menurutinya, matannya ter
r jendela, seperti nya dia berada di kamar lantai dua, barulah dia menyadari b
akan diri masih menyelimutinya. Lalu studinya, impian, harapan masa depan, lenyap seketika. Apakah dia bisa menerima
hempas kesepiannya. Sebagai anak tunggal, Ayah yang telah lama tiada, lalu ibu yang selalu sibuk. Kesepian selalu dia nikmati walau terkadang frustasi. Tak pernah sedikitpun terbesit pikiran liar, dia hanya ingin hidup dama
p wajahnya "Arghh-" dia berteriak dalam benak. Kemarahan yang tak berguna, dan keta
ampak frustasi terus menerus mengeledah laci. Bahkan, benda-bend
kunjung di temukan. Dia terduduk d
mengulurkan tangannya. Jane bahkan ta
tak berkata atau memaksa, dia han
masih duduk dilantai berada tak jauh darinya, deng
n dengan berkata "kau
b "Bohong, kau bahkan mencari sesuatu untuk
nar. Jadi biarkan
akiti diri. Bisakah kau tenang, semua hal bisa diperb
ebu "lalu bisakah kau kembalikan hal yang amat berharga dalam hidupku Ed, bisakah? Ji