Proyek Villa di Kaki Gunung Slamet
es yang kunaiki sudah tiba di terminal kota Mangkubumen. Kota kecil
an yang menunjukkan pukul sepuluh malam,
ni tangga bus. Namun, sopir yang sudah beruban itu tidak
ampai di sini," ucapku dalam ha
lama kemudian, bus mulai bergerak meninggalkan terminal. Ter
pi. Hanya ada dua lampu yang menyala redup, satu d
u tidak melihat ada orang atau kendaraan lain di sekitar
e ke Desa Pringan?" Gumamku. Andai saja tiket bus siang ha
ertamaku datang ke kota kecil ini, dan juga kali pertamaku menuju
uah Villa. Tugasku adalah mengurus k
kan kusambangi, hanya nama seorang warga d
k semudah itu. Pasalnya, ada rasa tidak nyaman yang mengusikku. Aku mer
tiku. Aku merasa lega. Mobil itu berhenti tepat di
obil yang terbuka. Aku bisa melihat ada seorang pria dan seorang wa
e Desa Prin
rjalanan. Dua orang di belakang juga mau ke sana. Mau ikut sa
uru aku naik ke mobil dan duduk di sebelah sopir sambi
n. Apa Mas nggak takut?" tanya sopir mob
ya, saya mau ke rumah Pak Jan
tahu... tahu... nanti
i kursi belakang tidak mengeluarkan suara sama sekali. Lima belas menit pertama
berubah. Keadaannya makin gelap dan sepi. Pak Kasman tiba-tiba
mengucapkan ayat-ayat yang pernah aku hafal, mencoba menca
erembun. Aku tercium bau wangi yang menusuk. Sesekali aku menoleh ke arah
yat lagi, merasa ada yang ganjil di dalam mobil ini. Aku menoleh k
rjuntai ke bawah, sedangkan kepala yang sebelah kiri gepeng
pintu mobil. Sekarang aku bisa lihat lebih jel
engan belatung-belatung yang merayap dari hidung dan mulutnya. Sedangkan p
iga. Hujan makin deras, bajuku basah kuyup karena ai
. Wanita itu mulai menggigit-gigit bibirnya sampai robek, sementara pria itu menghentakkan kepalany
melaju ke sisi kanan. Aku hanya bisa me
Allahuakbar. A
AK
t karena terbentur dashboard. Aku berusaha membuka m
isa melihat mobil ini menabrak pohon di sisi k
lu menyinari sisi pengemudi dan kursi belakang. Tapi, ket
mbuka pintu mobil dan keluar dari s
rat, dan aku harus berjuang keras untuk naik dari
ncapai puncak. Dengan napas yang terengah-engah, aku memeri
ke dalam tas. Dari atas, aku menggunakan senter untuk melihat ke bawah. Aku kaget melihat mobil yang
anan mengikuti jalan yang ada. Aku tidak mau berlama-lama di sin
ter ke depan. Tanah yang berlumpur dan berkerikil serta
melihat sebuah papan tanda kecil yang bertuliskan 'Desa
p. Aku bisa melihat ada cahaya lampu dari dalam warung. Aku beranika
njawab. Aku mengulangi lagi, tapi tetap sepi. Tiba-tiba, pintu