Ibuku Mati Dua Kali
a
adar benciku pada Ibu, aku pasti akan langsu
sama dengannya, aku selalu
erulang tahun ke 15. Namun, jangankan perayaan dengan
pekerja keras itu memang selalu mencukupi kebutuhan kami, tapi tak ada ya
agi, subuh belum datang, Ibu sudah sibuk membangunkan kami. Jika terlambat sedik
h. Dingin yang menusuk tak pernah kami hiraukan. Mungkin karena sudah terbiasa. Di jalan yang ma
ini hari begini. Kata ibu, demi menyambung hid
ya itu masih enak-enakan mendengkur di kasur hangatn
ra saja ya, La. Di sana dekat dengan masji
, rasanya tak nyaman. Tukang parkir di sana ge
embeli tahu, tempe, tomat dan cabai. Sedangkan aku bertugas mencari
. Sementara aku, memastikan sepeda kami sud
sepeda butut. Mereka tak tahu betapa berharganya baran
, sebuah suara memanggil dari bel
ya aku tak bertanya sebab jelas-je
ebetulan juga satu gang. Tapi,
nginap di rumah kelu
lat tahajud?" Aku tersenyum, lalu membalikkan badan dan bersiap pergi
a di sekolah
ikan balasan. Kemudian, lekas kurogoh kertas catatan ya
." Sungguh ada rasa kesal saat membuka catatan lusuh yang sudah dipakai ber
yang harus dibeli. Aku mulai men
*
rsihkan sisa sayur kemarin yang akan di jual lagi hari ini. Tentunya de
g dan dua daun singkong serta beberapa sawi. Aku
elah dicocokkan dengan catatan, ia langsung
dengkus saat semua sayur suda
Kentang dan wortel yang
r. "Ibu tak memberi
gan wajah kesal i
dikasih tahu langsung catat! Apa kau meninggalkan cat
mulai gemetar. Situasi yang paling kutakutkan adalah saat s
ari-hari juga tak diperbarui." Ia sekal
menjalar sampai ujung kaki, rasanya dingin dan jua melupa
eakan menusuk leher
sih banyak, ja-j
kir?" Ibu kembali menoyor kepalaku berkali-kal
da kata lain yang
ing emosi Ibu, dengan tangan kanannya yang cepat,
ohon dengan menyatukan dua tangan, tapi sepertinya, ibu tak puas sampai disitu
otakmu itu tak di pakai! Kenapa tak ikut bapak
rambut. Kulit kepalaku terasa panas. Dan bagian terakhir yang paling
asa sakitnya. Setelah puas melampiaskan amar
. Aku tak mau Ibu akan bertambah mar
dari mulut. Ada sedikit bercak merah di bagian putihnya. Kuraba sudut bibir, ternyata d
pai di rumah. Dion yang sedang s
n!" Cem
erti ini. Berbeda dengan Yola, ia langsung
gi alasan ibu me
, selalu aku yang mendapat 'c
Aku menepis tangannya yan
, Kak." Air mata Yo
bagian yang
ah jangan ikut menangis.
bil dulu." Y
uga meninggalk
nj*ng!" Dia mengumpat dengan kes
badannya lebih besar itu saja yang kau andalkan? Di