Adelaide
TAHUN
hat matanya yang tajam menatap ke arahku selama satu jam terakhir. Lima puluh dua. Dia telah m
ku berusaha memperhatikan ayahku di ha
ku biasa mema
an abu-abu yang seolah menonjolkan warna biru di matanya. Beberapa orang mungkin pernah menganggapnya pria tampan, jika mereka menganggap pa
satunya kata yang cukup untuk menggambarkan ruangan seperti itu adalah mewah. Aku tahu, itu bukan deskripsi yang paling jelas, tetapi kilau keemasa
sekian kalinya malam itu. Aku menahan keinginan untuk membuang mukaku. Buttlicker punya lebih bany
amun, nada suaranya menunjukkan bahwa dia menganggapnya tidak m
agus?" DOD bertanya
a membuatku merasa telanjang, padahal aku sengaja mengenakan pakaian hitam sederhana dengan kalung mutiara yang digantung era
irik punggung pelayan restoran sambil menyentuh lutut Tuan Dickhead dari bawah meja. Tuan Dickhead adalah kepala keamanan kami. Serius? Apa wa
ang ada di piki
memberiku senyuman yang menurutnya menggoda, namu
ku, berhenti di meja kami, dan mulutku hamp
Matanya, berwarna biru cerah yang tampak menyempurnakan wajah yang sudah menawan, matanya berbinar seolah-olah dialah satu-
ia... Le
kelemahanku
Asher, dan aku akan mel
ulu matanya ke arahnya, dan aku merasakan mataku sendiri membelalak
ibu," d
strinya kepada laki-laki lain. Tentu saja, DOD membuat pengecualian untuk
g mutiara yang meng
ngguan seperti itu," kata si Buttlicke
u. Namun, aku tahu tindakan itu akan sia-sia. DOD bukan hanya pemilik restoran mewah ini, tapi seluruh
atanya sedikit redup. Dia tampak malu dengan keramahan ibuk
tampaknya memberikan efek yang cukup sesuai. DOD menghela napas, dan wajah ibu berubah menjadi cemberut. Dia benar-benar tidak su
rmin. Seorang gadis yang sangat cantik dengan rambut coklat keriting dan wajah seperti porselen. Bibir merah cerah dan hidung kancing yang lucu. Dan mata
at sedikit. Mulutnya terbuka sebelum menutup
u meletakkan tangannya dengan posesif di lututku. Aku meringis, menjauh dari pria yang membuatku muati ayahku dan kemudian Buttlicker, tapi
ah lelaki berlendir yang masih mencengkeram lututku seolah nyawanya berga
a, mengalihkan perhatiannya dari Asher ke aku. Kali
memiliki kecenderungan untuk mengutarakan pikiranku. Sungguh-sungguh me
rapa ahli terapis, dan tidak menemu
ekanisme pertahanan masa kecilku yan
akan itu adalah carak
yebutku idiot (aku tidak percaya ahli tera
si, menemukan kenyamanan dalam pikirannya sendiri. Oleh karena itu, monolog
tu, terutama dengan kecenderunganku membua
rti "Aku akan mengundangmu makan malam" atau sesuatu yang bodoh seperti itu. Aku sangat terkejut ketika dia
u Tampan? Maka aku tidak akan merasa sungkan m
emua mata tertuju padaku, termasuk pelayan tampan
kupikirkan, dan jelas-jelas kuucapkan, da
ala
resinya sama buruknya dengan tatapan matanya. Aku pu
lahraga selalu menjadi topik pembicaraan yang baik dengan pria. Asher, berpindah dari meja kami ke meja berikutnya, menyeringai ke arahku. Dia past
ngan kerja sama DOD dan Buttlicker. Semua tentang pajak, karyawan dan hal-hal mendasar lainnya. Mereka tidak berbicara tentan
ar aku ikut serta
ketika mereka memperbaiki toko mereka dan kemudian pulang untuk makan di meja makan. Aku cukup yakin bahwa sebagian besar bisnis keluarga tidak melibatkan seratus perusahaan cangkang, koneksi dengan mafia, dan kencan dengan gembong narkoba Meksiko
inginkan orang tuaku. Bukan untuk menyenangkan mereka, melainkan untuk melindungi diriku sendiri. Ket
mengirim orang sepert
aku tersengat listrik. Tanganku tanpa sadar mmeskipun yang mengantarkannya adalah pe
lain. Bagi sebagian orang, aku dianggap sebagai orang yang benar-benar menyebalkan. Sejujurnya, aku memang begitu. Aku tidak punya teman, aku punya antek dan pengawal yang mengikutiku kemana-mana seperti anak anjing ter
tidak pernah bisa melakukan apa yang aku mau. A
k, tersandung udara, dan sembilan puluh sembilan persen waktuku terasa hilang sama sekali. Aku sering bertanya-tanya
rkan lamunanku yang menyedihkan. Matanya berkedip sebentar pada penghun
bku sambil menelan ayam al
ntang hal itu." Mata DOD menyipit. Tentu saja, ayahku tidak bisa melewatkan satu menit pu
, tapi dia berhasil t
segera memanggilkann
bawa pergi kepala koki di tengah kesibukan makan malam adalah hal yang sangat bodoh, tapi aku tetap tut
maju. Piring makanan yang dibawanya jatuh pecah di lantai, makanan beterbangan di udara hingga mendarat di pangkuan Butt
n tubuhku me
kenario terbaiknya adalah pelayan tampan akan mendapatkan pemecatan dengan hormat dan
eja segera menoleh ke arahku. Obrolan lain senyap di sekitar kami sampai yang bisa kuden
t pangkal hidungnya sendiri,
n es. Aku menyebutnya wajah jalang, wajah yang hanya kusimpan untuk
rahku, terdiam sesaat. "Jadi, aku memberinya sedikit pelajaran tentang rasa hormat." Aku menyibakkan rambutku ke
hingga aku bisa melihat urat biru
andung." Itu bukanla
hormat, ayah tersayang. Bukankah it
akan berubah, betapapun buruknya aku. Aku bisa saja membunuh ses
nah membunuh ses
u bahkan takut dia akan melemparkan cangkirnya ke arahku. Cangkir
ti berdetak, dia menghela nafas sambil meleta
ya dengan tegas, lalu kembali ke makanannya. Matany
ng kukenal. "Jika Anda tidak keberatan saya bertanya, Tuan, tetap
ing di piringku, da
. Jangan lagi. Tidak tidak
" kata DOD sambil tersenyum kecil. "Jika An
erasa seperti tidak bisa bernapas. Tubuhku terasa dingin, seperti ada yang menumpahkan seember es ke kepalaku. Rasan
pembicaraan beralih ke kontrak, bahkan ibuku pun tidak lagi menatapnya. Tapi aku bisa merasakan mata Asher membelai punggungku. Aku berusaha sekuat tenaga un
pinya. Tiba-tiba, ekspresi sedih itu hilang dan berganti menjadi gelombang kemarahan. Pandangannya beralih ke
sama yang sering aku berikan dan juga terima. Tat