Maaf Mas, Aku Lelah
karena dia sudah melakukan prosedur sesuai dengan SOP kedokteran. Namun gadis itu tetap menuntut tangg
eona keluar. Rehan menatap istrinya seperti singa yang kelaparan. Rehan menggendong Leona ke atas ranjang. Dia pun melepas sabuknya. Leona berpikir, suaminya akan meminta haknya malam ini, tapi ternyata dia salah. Rehan malah memukul kaki, tangan dan juga tubuh Leona dengan ikat pingangnya tadi. "Kak, ampun Kak, apa salahku, kenapa Kakak memukulku. Ampun Kak," tangis Leona. "Salahmu adalah memaksaku untuk menikahimu, maka dari itu inilah balasannya," ujar Rehan seraya kembali melayangkan sabuk hitam itu pada tubuh Leona. "Sakit Kak, tolong hentikan, Kakak boleh menceraikanku, asal jangan pukuli Leona Kak," racaunya dalam tangis. "Terlambat, dari awal aku sudah memintamu untuk melepaskanku. Tapi apa! Kamu malah menyuruh Papa kamu melaporkanku pada polisi," geram Rehan. "Kak, please Kak, hentikan aku tidak sanggup lagi Kak," dan akhirnya gadis itu tak sadarkan diri. Rehan menghentikan cambukannya. Dia menatap sinis wajah Leona yang penuh dengan air mata. "Heh, baru segitu aja udah pingsan, cemen banget sih," gerutunya. Rehan lalu berteriak memanggil ARTnya, "Bibii." "Ya Tuan," jawab Bibi sambil berlari tergopoh gopoh. "Ambil salep di kotak obat, lalu kamu obati dia," titahnya. Bibi melihat keadaan Nyonyanya. Kemudian berlari melakukan apa yang disuruh oleh Tuannya. Dia pun mengambil air hangat dan juga kotak obat itu. Bibi mulai membersihkan luka bekas cambukan itu dengan air hangat. Setelah tidak ada bekas da*ah, Bibi pun mengoleskan salep untuk mengurangi rasa sakit dan perih. Setelah melakukan tugasnya, Bibi lalu menutupi tubuh majikannya dengan selimut. Karena tidak ingin mengganggu tidurnya, Bibi pun keluar dari kamar itu. Keesokannya, Leona terbangun, dia merasa sekujur tubuhnya sakit semua. Dia bahkan tidak sanggup menggeser