Gairah Baby Maker
tu. Padahal aku ini Ajo tulen alias orang Minang asli. Bapak dan Ibuku asli dari kampung di Pariaman-Sumatera Barat sana. Itu karena kulitku putih yang
Mabar dimana). Kupilih berdomisili disini karena dekat dengan tempatku bekerja saat itu, di pabrik yang ada di sekitar sini. Kawasan Industri Medan hanya berjarak sepuluh menit
alau tidak terlalu mewah, tetapi satu-satunya yang memiliki halaman luas. Bayangkan saja, halaman itu cukup untuk dibangun satu rumah lagi, kok. Banyak yang menyarankan untuk membangun rumah petak saja untuk disewakan atau kos-kosan. Tapi jangan dululah, halam
ia senang sekali menjadi abang Rio. Ada kebiasaan yang kulakukan pada semua anak-anakku, kugendong mereka keliling seputaran rumah saat pagi sebelum pergi bekerja dan sore saat pulang kerja. Mulai berumur 4-5 bulan anak-anakku kubawa b
lan sama papa pagi-pagi..." sapa tetanggaku, s
sapa tetangga lain yang sedang menyiap
nyapanya. Jadi sepanjang gang yang panjangnya kurang lebih 300 meter itu banyak sekali fans Salwa yang m
ang Medan sini yang menandakan kalau semua umur anaknya hanya beda satu tahun aja atau berdekatan. Ia berharap kalau sering-sering
erahkan Salwa untuk dimomong mereka saat ia sedang sibuk-sibuknya dengan pekerjaan rumah tangga. Kalau dihitung kasar
eka berdua mengontrak sebuah rumah di gang ini. Suaminya, Agus bekerja di Kawasan Industri yang sama denganku, hanya beda pabrik saja. Ia sekarang s
a... kasikan Aida aja, ya?" cetusnya
diri mau dikasikan orang... Buatlah sendiri.
awak..." (awak adalah kata pengganti untuk aku) jawabnya sambil terus mengayu
as terus-lah ini kalau dia udah pulang nanti.
tak beratnya kerjanya... Cuma nengok-nengok sebentar operator mesin... tidornya dia abis itu sampe Subuh..." lanjutnya. Agus sebagai Supervisor mesin produksi. Ia pernah cer
a Salwa kembali. Karena Salwa yang masih kecil, 5 bulan waktu itu, lehernya belum terlalu kuat untuk menopang kepalanya, Aida menyandarkan kepala Salwa di dadanya.
satu tangan harus masuk di ketiak bayi d
lalu besar. Paling hanya cup B. Tapi aku jamin kalau dia
iku menowel sedikit dadanya, lebih tepatnya bra-nya. Mudah-mudahan gak kerasa. "Da-da
ka berseri-seri sambil mengayun-ayunkan tangannya melambai pada anakku.
ecil rumahnya. Berarti dia sudah pulang. Aida ada di depan sambil menyapu de
p-s
alan dengan kedua anakku di gang ini. Rio sedang asik makan es lilin sedan
bak apa yang mereka bicarakan. Pastinya sedang membicarakan masa-masa kehamilan Rio, an
mentar Aida memandang istriku dan aku bergantian. Rio la
uka spiral... bulan depannya langsung jadi juga..." kata istriku dengan nada yang sedikit bangga kalau ia tidak a
nangkring di jok belakang motor. "Jalan-jalan!" teriak Rio ya
di gang ini ya, pa..." kata istriku ketika kami melintas d
nti di mulut gang dengan lampu tangan motor berkedip ke kan
Jawa dulu... Abis itu sampe sekarang... sampe ganti laki juga belum hamil-hamil... Lima tahun..." cerita istrik
membuka warung. Anaknya masih berumur tiga tahun, tapi anak pungut dar
ahun... Laki-nya kebanyakan meranto (merantau, bekerja di kota lain)... Gimana mo buat anak?" cerocosnya di jo
ak sendiri..." begitulah obrolan kami sepanjang jalan-jalan sore ini
a hari
g gang ini saja. Bahkan sampai ke ujung belakang gang yang masih ada sawah-sawah di pinggiran jalan tol. Ia melonjak-lon
?" sapa seseorang yang melintas dari
." jawabku menyapanya yang niat banget pake berhen
n mesinnya. Aku kurang begitu memperhatikan apakah ia lirik kanan-kiri melihat situasi dahulu sebelumnya dan ia sudah minta
bis itu. Aku kurang paham apa katanya sehingga aku mendekat. Atau aku salah dengar mu
ahan, "Aku pengen kali-lah, bang... punya anak kayak Salwa..." Jelas aku kaget. Bukan sekali in
dari Tuhan semua..." jawabku berusaha bijak. Kebetulan aja Tuh
ja, bang... Harus kayak Salwa.
arna kulitnya, perawakannya walaupun masih bisa dilihat berbeda karena laki-laki dan perempuan. Dari kedua anakku jelas keduanya menurun dariku karena aku berkulit putih sedangkan istriku lebih sawo matang
Salwa padaku, malah mengatakan ini, "Dari bang Aseng aja..
gar kalimat itu. "Dari bang Aseng aja..." Aida mengangguk beberapa kali untuk memastikan
, Aida