Jodoh Wasiat Suamiku
ad
itu datang menghampiri, sebab fokusnya masih tertuju pada seorang perempuan yang berlalu begitu saja setelah meninggalkan secarik luka di dalam hati dan rasa panas di pipinya.
t. Tidak ada yang tahu bahwa Sean melihat apa yang terjadi dari balik pintu kamarnya. Anak itu melihat
n yang sudah terlanjur tergenggam oleh Sean ia gunakan juga untuk membalas genggaman putra semata wayang yang ia sayangi dengan tulus dan tanpa pamrih. Sedang tangan lainnya ia guna
am diam dengan tatapan serius. Terlebih Sean. Anak empat tahun itu entah memikirkan apa setelah melihat kejadian sebelumnya. Yang terpancar jelas adalah di raut wajah
genggaman itu langsung Hesta lepaskan. Lantas, sepasang tangan kekarnya ia gunakan untuk menyentuh pundak Sean dengan sangat lembut
ngkin ucapan Hesta terlalu
maksud Da
ar tidak menampar Daddy lagi. Pipi Daddy pa
kemudian mengacak rambut yang sudah tersisir rapi milik putranya. Lantas, bangki
menuruni satu per satu anak tangga yang menghubungkan ke lan
n sandwich boleh, Daddy
uat Hesta terhipnotis untuk langsung menganggukkan kepala.
ahan memelan saat mendapati seorang perempuan berdiri membelakangi pintu. Hesta tahu siapa perempua
ama laki-laki lain. Ada luka dengan rasa sakit yang sama kembali menelusup secara paksa ke dalam relung hati Hesta. Lagi, lagi, dan lagi Hesta
a menarik paksa He
˚
itu bergerak menapak tiga anak tangga di depan rumah tanpa ragu. Tampak sekali bahwa perempuan itu sudah terbiasa datang berkunjung. Lalu, di depan pintu ia berdiri dan menekan bel di dinding sampai terdengar bunyi nyaring.
apa,
a Elora bertanya demikian. Memangnya apa lagi tujuan Niken mendatangi kediaman Elora dan Hesta jika bukan karena urusan pekerjaan dengan Hesta sendiri. Namun, mungkin m
ya, El," balas Niken dengan nada santai. Ia mengangkat map yang ada di tanganny
sahabat sekaligus sekretaris Hesta. Melihat kedatangan Niken ke rumah dengan membawa berkas-berkas kantor s
mah tangga Elora dan Hesta yang jelas saja Niken ketahui tanpa mendengar cerita dari orang luar. Sejauh ini, Niken sering bersama Hesta dan Niken
sambung Niken seraya tersenyum manis. Entah apa maksud dari senyum yang diulum perempuan itu. Niken juga mengatakan hal demikian karena sejujurnya ia kasihan melihat perjuangan Hesta selama ini untuk me
edua perempuan yang berdiri di depan pintu itu langsung menoleh ke arah sumber suara. Satu di antaranya mengulum senyum tipis, sebab tahu siapa pemilik kereta besi yang baru saja tiba itu-Elora. Lalu, Niken justru mengernyitkan
. Lantas, Elora berlalu begitu saja meninggalkan Niken yang masih bergeming di tempat. Tak peduli pada sekretaris suaminya itu dengan
kelakuan Elora. Bagaimana bisa Elora lebih dekat
u terhenti ketika melihat seseorang berdiri di ambang pintu dengan tatapan yang j