Wanita Simpanan Suamiku
-mana. Gelisah? Tidak tenang? Uring-uringan? Tentu saja. Terlebih lagi
oba menempelkan ponselku di telinga, namun tidak ada jawaban apa-apa. Kemana mas Heru? Apa di
Bahkan dibaca saja tidak. Apa dia sesibuk itu sampai-sampai tidak mempunya
awah. Suaranya terdengar begitu lantang. N
yang akan membawaku menuju lantai bawah. Sesampainya di bawa
apa?" Tanya
di ibu nggak becus menjaga anaknya. Lihat
r saja, Nina anakku terlihat melompat-l
nya. Baru ibu beli kemarin pula. Nanti ka
u dia nggak sengaja menyenggol barang-barang yang ad
Aku tidak bisa menyalahkannya karena terkadang
jan jangan banyak-banyak. Kamu pikir Heru nggak s
mertuaku. Loh, bukannya tugas seorang s
ut-ikutan. Terus kalau ada penjual makanan yang lew
a b
h. Sepertinya itu kurir yang ingin menga
mbari menuntun Nina yang berjalan di sampingku. Setelah me
baran
as baru un
ibelikan tas? Lagi pula diakan bel
butan lagi sama anak tetangga
u itu kebiasaan tau nggak! Selalu aja manjain anak. Nanti kalau sudah besar
bu. Nggak bisa di resleting. M
uami. Jangan dihambur-hamburkan untuk membeli sesuatu yang nggak penting. Memangnya tas b
Kamu pikir anak ibu itu gudang uang
Mungkin diam lebih baik dari pada memba
h. Masa iya seumur hidup mau numpang sama
hebat mendengar perkat
malam. Ingat, jangan terlalu asin. Bisa-bisa darah tinggi
membawanya menuju kamar. Sebaiknya aku menidurkan Nina terl
tas nakas lalu menyalakan layarnya. Kali saja
da pesan ataupun panggilan masuk da
cuekin kamu seperti kamu cuekin aku. Biar kamu
atas kasur. Menarik selimut tebal hingga me
kan kecupan singkat di kening
ambu