Dendam Manis Mantan Istri
tu yang mau kamu tahu." adalah yang menja
percaya kamu seperti ini, Riv. Jangan membohongi aku. Leb
teskan air mata. "Aku bertemu dengan mantan aku di SMA, dan... kami saling jatuh cinta lagi. Putusnya kami saat itu adalah sua
, ak
ucapan dari Dru, sehingga dia langsung mematika
tanpa pikir panjang segera memblokir nomor it
seknya' benar," gumam Riv dengan nada acuh tak ac
ang melankolis tidak lagi ada.
asangan bercumbu dalam keremangan. Dan, ta
*
keponakannya itu, setelah Riv kembali dengan muka yang masih berjejak a
, Om." jawab Ri
.
matanya yang kembali mengembun. "Aku hamil anak dari pria gay
ini, jadi mendengarnya sudah cukup menciptakan nyeri di kepala. "Om punya kena
sejenak. "Men
ah laki-laki brengsek itu. Masa depan kamu juga masih panjang, dan dengan mempertahankan an
wanita yang amat bangga dengan dirinya sendiri. Dia akan mel
kannya itu tidak akan mau memiliki anak sedini ini. Apalagi, itu dari mantan suami ya
ngkan, Riv justru menggelengkan kepala atas s
n salah satu perusahaan makanan kaleng milik Om yang ada di Vietnam. D
lau ada darahnya Si Brengsek itu, tapi aku tidak bisa membunuhnya, karena dia juga punya darahku. Dia keturunanku, jadi aku akan mempertahankan dia. Siapa tahu kan, kalau ternyat
, dia hanya berbicara seperlunya. Sesekali cerewet, tapi itu h
api Tante kamu tidak mungkin mengizinkan." sahut Widi
ndung darahnya yang berharga. Widiarko sedang tidak mood mendengarkan semua omong kosong itu, jadi dia
aikan tangan, menyerah untuk sementara. "Aku akan memikirkan ca
n itu. Tapi, tidak. Riv bahkan tidak mendengar satu patah pun dari Widiarko, sampai dia mengan
mbil minumannya yang ada diatas meja, dan menghabiskannya
u, Riv. Jadi maaf kalau minuman kamu habis." kata Dru yang
ajam. "Kenapa ka
ada diatas meja. "Aku yakin kamu nggak berselingkuh, Riv. Ka
sebaiknya bercermin, Andaru. Lihat dari bagian mana k
Dru kalau Riv sudah mendengar segalanya pada hari itu. Tentang ka
iv bangga dengan dirinya sendiri, jadi setidaknya, kalaupun nama baiknya nanti ternoda dengan sanga
orang-orang, tapi sama sekali tidak bisa meneri
t didepan pamannya. "Beri saya kesempatan sekali lagi, Om. Jika saya memang menya
ng restoran lain. Riv, yang enggan terjebak dalam mome
rang-orang. Juga, tempat tersebut tidak jauh dari lantai dua tempat Riv makan tadi. Jadi, cuku
an itu, aku sudah berusaha keras untuk mencari tahu kesalahanku, Riv. Tapi tidak ada. Keh
ng jauh lebih menyebalkan dari dirinya di dunia ini, sampai Riv me
enahan emosi. "Aku sudah mengatakannya berulan
engenal kamu. Dan aku percaya, kalau apapun yang te
apa kamu ber
menjalin hubungan dengan orang lain, Riv." Dru berujar dengan yakin, seka
salah dengar? Riv tidak tahu kalau ternyata Dru a
ukup banyak waktunya. Dia seorang istri, tapi tidak ada tanggu
tuk menanti Dru selesai bekerja. Bahkan, dia pernah ketiduran di ruang tamu samp
. Dia tidak lagi punya tenaga untuk meladeni laki-laki bre
nghentikan kaki Riv yang s
dan menatap Dr
ni surat perceraian itu." ka
-se-
nandatanganinya, Riv."
, tapi Om-ku juga bisa membuat keputusan kamu berubah. Jadi, terser
ri Dru, sehingga Riv perg
ya tadi. Seandainya hati Riv tidak teguh, mungkin saja ia sudah m