Merebut Cinta Suamiku
ini aku memilih menghampiri mereka. Tanpa peduli dengan yang akan Mas
oleh air matanya. Namun, melihat tingkahnya yang tidak bisa menja
li. "Kamu tanya aku lakukan apa, Mas? Aku melakukan hal yang harusnya seorang istri lakukan!"
akukan kekerasan. Apa kamu lupa kita ada di mana?" Mas Alva melirik ke kiri dan kanan kami, aku baru menyadari kalau kami a
pertahanan i
as Alva memaksaku menatap Arini yang m
ku rasakan lebih saki
Tatapan Mas Alva mengintimidasiku dan me
g suka suaminya bermesraan dengan wanita lain!" Mas Alva berdecih
kamu lakukan tadi? Berd
lah paha
i. Urusi saja koki sialan itu!" Mas Alva pergi meninggalkanku, dia me
at Mas Beni datang dan menyerahkan tisu.
mau ke
di pergelangan tanganku. Aku menatapnya sejenak dan merasa bersalah. Bukan salahnya dengan yang baru s
senyum tipis kepad
*
ini? Siapa yang menyuruhmu data
ek memarahi seseorang. Ada perasaan takut untuk masuk dan me
membuat malu Nenek, tapi Arini tidak b
kan uru
. Di ambang pintu, aku tertegun saat melihat Arini bersimpu
ak akan pernah kamu bayangkan!" Nenek bicara tanpa sekali pun
biarkan Arini menebus semuanya. Biarkan Alva
kuasa menahan diri. Aku melangkah masuk dan menarik tang
as, mengabaikan warna merah di pip
urun dengan cepat, aku menunjuk wajahnya. "Kam
mpuh, saat akan memegang kakiku, dengan cepat aku mundur. "Jangan
tidak sanggup kehilangan dia!" Arini mendo
kamu berdiri dan pergi dari sini!" Nenek menarik t
h ini!" Nenek memerintahkan Bibi untuk mengusir Ari
dan tersenyum tipis, meski kutahu dia sa
ak menyangka kamu akan berani melakukannya kepada Arini, tapi Nenek tahu kamu pasti
. "Nak, pertahankan pernikahan kalian apa pun yang
ungguh menenangkan dan aku hanya menjawab dengan anggukan saja. "Hah, dia benar-bena
alasan yang sebenarnya Nenek tidak menyukai Arini. Dia wanita
eluruh keluarganya saat kami datang untuk melamar, padahal saa
pan kami semua kalau dia belum siap menikah dan kalau Alva memaksa, Alva harus membe
Nenek. "Lebih baik sekarang Nenek tenangkan diri." Aku me
*
ng tengah malam, entah berada di
a pulang, tetapi dia sama sekali tidak merespons. Ponselny
askan jas dan dasinya, bahkan saat kusuruh untuk duduk,
tapku tanpa kedip. Entah apa yang seben
sepatu, Mas Alva memanggilku. Dia berdiri
askan kancing kemejanya. Aku tersenyum geli saat menyadari kala
aku ba
ma ka
a-sa
tidak suka. Dia terlihat gugup dan menelan liurnya yang membuatku bisa
dan melanjutkan pekerjaanku yang t
n atas Mas Alva hanya berbalut kaus singlet saja. Aroma tubuhnya yang khas membuatku ing
an. "Sampai kapan pun kita tidak akan bercerai, Mas. Aku akan buat kamu melupakan dia da
erlu mengatak
nap
rus menderita. Menikah tanpa cinta, bukankah akan membuatm
, Mas. Lagipula kamu ya