Merebut Cinta Suamiku
ahkan Mas Alva yang memintanya. Aku tidak akan bertanya alasan
rapa saat kemudian perasaan sesak menyiksaku karena tahu tentang hub
bingung. "Ada apa, Mas? Apa kurang rapi?" Mas Alva tidak menjawab, wajahnya data
lva bicara dengan tenang dan setelah itu melepaskan tanganku, s
saran dengan alasannya bicara
napas pelan sebelum bicara, "Kamu pobia gelap?" Aku mengangguk, sung
dirinya yang tidak bisa menyembunyikan senyum.
ada di kamar. "Terima kasih, banyak. Aku tahu kamu peduli
ikahan kami. Aku tidak pernah mengharapkan juga Mas Alva akan menyadari perasaanku kepa
ga aku duduk, Nenek sudah mengatakan sesuatu yang membuatku malu. Kusentuh wa
Nenek mulai menggodaku d
g Nenek
tama kalian! Masa tidak boleh!" Aku terkekeh pel
Mas Alva, dia sempat melirikku
a. "Benarkah?" Aku mengangguk, membenarkan ucapan Mas
annya karena aku sedang datang bulan!" Untung saja ada
a. Nenek menatapku curiga, seolah tidak percaya dengan yang kukataka
k lagi menundanya." Aku hanya mengangguk dan meli
g marah kepadaku karena beran
an lekas keluar dari rumah tanpa berpamitan
kit berdiri dan mengambil tasku, mengejar Mas Alva.
yaku saat mobil melesa
uk a
sedikit saja basa-basi menjawab pertanyaan Nenek?" Mas Alva menoleh dan menatapku tidak suka. "Ak
engiyakan perm
pa?" tanyaku
akan melakukannya denganmu!" Mas Alva bicara tanpa menat
cinta sama aku!" Dia menoleh, mengerutkan
sama aku, kamu akan lupakan Arini!" ucapku penuh keyakinan dan Mas Alva sama sekal
aya orang yang setia dan akan s
hu, Mas. Mungkin saat ini kamu bilang begitu, bisa jadi satu
kuat. "Saya tidak menyangka wanita yang Nenek katakan lugu dan pendiam ini ternyata banyak bicara. Saya ingatkan sekali lagi, j
at aku menggeleng. Menolak sara
ena bagiku pernikahan itu sakral dan tidak untuk berm
uk membatalkan saja pernikahan kita, kamu menolak?" Kutatap lekat ma
paskan tanganku dan mulai
*
Retno sengaja makan siang di pantry, tetapi lima menit l
al makan siang, padahal tanpa bekal pun aku akan tetap makan di si
nasi goreng cumi seketika langsu
n kotak bekalnya kepadaku. "Aku tahu kamu pasti
t di rumah Nenek dan setelah Nenek meninggal, aku tidak pernah lagi memakannya. "Baiklah, aku tidak akan sungkan!
nya mengangguk. "Ma
mencicipinya!" Aku tidak mau menjadi seraka
seporsi makanan yang tidak jadi dihidangkan!" Aku mempe
tinya sendiri. "Kita makan bersama saja. Lagipula aku tidak
a mengalihkan pandangan ke arah pintu. Di sana aku hanya melihat Mas
Alv
g dan lekas keluar dari pantr
ira aku tidak patuh dengan ucapannya sebagai suami. Namun, langkahku terhenti saat mel