LINGERI PEMBAWA PETAKA
afasku ngos-ngosan. Sekujur tubuh ini seperti remuk, merasakan sakit merata dan sangat pegal luar biasa. Berusaha bangun untuk menunaikan salat aku terjatuh lagi di at
" temanku memberi saran. "Bener juga ya, ya udah cariin dong, Cin" jawabku "Oke, kalau begitu aku coba carikan ya, orang yang dekat daerah sini, aku buatkan sarapan dahulu untuk kamu dan anak kamu," temanku pergi ke dapur dan ingin membuatkan makanan. Membuka kulkas melihat bahan apa saja yang ada, kemudian mengolahnya. **** "Duh, kok aku merinding sih!" gumamnya ketika mencuci sayuran di wastafel. Menengok kebelakang dan kesetiap sudut dapur. "Ah, mungkin perasaan aku saja," ujarnya dan melanjutkan kembali memasaknya. Masakan telah jadi dan membawakannya untuk Rika beserta anaknya. "Makasih ya, Cin, sudah membantu aku," ungkapku. "Tenang saja, namanya teman kita harus saling bantu, dah kalian makan dulu, aku mau mencari orang yang akan membantu di sini, soal berapa upahnya nanti kamu saja yang bicara langsung, ya," temanku pamit. "Ya Cin, sekali lagi, terima kasih." Cinta meninggalkaku dan harus kembali lagi demiku nanti, mencari asisten rumah tangga untuk sementara waktu. **** Rika tidak memiliki sanak saudara terdekat, makanya temannya masih sibuk berusaha menolong Rika. **** Pucuk dicinta si Cinta tiba, siang itu datang dan aku mendengar langkah kaki Cinta datang. "Assalammualaikum," salam dari temanku yang selalu aku Cinta. "Waalaikum salam, masuk Cin," sahutku Anakku berlari menyambut Cinta. "Masuk Tante," celoteh Farhan. "Iya, ganteng," Cinta mengusap Farhan dan mengiringi berjalan masuk. "Ini, Rika, Ibu yang akan bekerja di sini untuk sementara," Cinta memperkenalkannya. "Duduk, Bu," jawabku Mereka pun mengobrol dan Rika bertanya-tanya tentang upah juga telah diutarakan dan Ibu yang menjadi Asisten rumah tangga bernama Ijah telah sepakat perihal berapa gajinya. "Bu, Ijah mulai hari ini bisa, kan?" pintaku. "Iya Bu, bisa, tadi Cinta sudah memberitahu," jawab Bu Ijah. "Kamar Bu Ijah ada di tengah ya, Bu, silahkan nanti, anggap saja rumah sendiri, Bu," aku tersenyum karena akan ada teman di sini. Kemudian, Cinta mengantarkan Bu Ijah ke kamarnya dan mengatakan supaya mau menolong sahabatnya bekerja hingga waktu yang ditentukan nanti. Setelah mengantarkan Bu Ijah dan Cinta menemui Rika untuk pamit pulang, karena ada urusan juga. "Rika, aku pulang dulu ya, berkabar saja," ungkap Cinta sambil memegang pundakku "Makasih banyak ya Cin, aku gak tahu harus bagaimana caranya berterima kasih kepadamu," ucapku. "Udah, yang penting sehat dahulu, ingat ya, tidurnya menjaga adab, nanti aku kabari jika peruqyah sudah siap, aku pulang, ya," Cinta