La Tahzan Jihan!
mertuanya membuat Jihan tersentak bangun dari tidurnya. Lelah menangis lantaran perbuatan Wahy
depan pintu kamarnya yang sudah terbuka. Mengenakan gamis berwarna putih senada deng
ersenyum melihat kemunculan mertuanya. Ia lalu ba
alasan untuk bermalas-malasan. Kamu itu terlalu ma
ah begitu?" lanjut Wati seraya me
i sore...eeee." Jihan menghentikan ucapannya. Ia
udah membuat Wahyu emosi terus dia menampar kamu kan?" teb
sukanya membantah. Wahyu itu anak yang baik, dia tidak akan menyakit
na, Jihan lagi mengandung Umi, apa kalian tidak kasihan?" ujar Jihan berharap wanita yang telah melahirkan suaminya ke dunia itu terketuk
hi Alina. Bukan malah menentangnya. Wahyu itu menika
hyu kini terdengar seolah-olah menjadi pahlawan, padahal dialah
ain? Jihan masih sehat Umi, masih sanggup melayani dan memberikan semua
aban menantunya itu. Masih bocah
l dia itu cantik, berpendidikan, anak orang berada, tapi dia punya
tiba-tiba perutnya terasa sakit sekali. Kedua kakinya terasa lunglai, pandangan
amar di telinga Jihan. Hingga akhirnya rasa sakit
*
mengaji. Ah, betapa sejuknya hati melihat Mas Wahyu sedang mengaji seperti itu, batin Jihan. Tapi sayangnya, suaminya itu kerap berubah menjadi pr
menyudahi bacaan mengajinya. Ia merasa lebih baik berpura
sedang mengandung buah cinta pertama mereka. Ada setitik rasa bersalah di hati Wahyu, lanta
amu. Tapi kamu juga harus tahu, aku orangnya
a. Apalagi kamu sedang mengandung buah hati kita. Aku yakin kalian berdua bisa rukun na
rgegas masuk ke dalam masjid, sepertinya ia takut terlambat mengikuti pengajian yang akan seger
erasa heran karena selama ini tak pernah melihat dan mengenal Jihan. Merasa penasaran d
Mereka pindahan dari kampung. Pantas saja dari dulu Wahyu tak pernah melihatnya. Namun Ilham ju
eruntungnya kedua orangtua Jihan merestui dan menerima Wahyu me
ik-baik saja kan?" suara lembut Jiha
us Umi langsung telpon Mas di toko. Lalu k
agaimana dengan kandunganku
engalami kontraksi ringan terus kata dokter kamu juga kurang
lagi terkesan dengan perlakuan lembut suaminya. Di pikirannya malah ia membay
a Dokter kamu nggak boleh stres, nanti berpengaruh sa
an lain. Aku harus berbagi suami, aku akan dimadu. Aku bukan patu
i malam selepas Maghrib, kami sekeluarga akan pergi ke rumah Alina untuk melangsungkan akad nikah. Kamu baik-baik disini karena Dokter bilang kamu masih harus d
as, aku mohon ceraikan saja aku. Aku tak sang
perceraian. Jangan memancing emosiku lagi Jihan atau...."
u segera pulang. Iya...Iya. Waalaikumsalam." Selepas berbica
sti akan kembali kesini untuk menemanimu. Assalamu'alaikum." Wahyu mengecup lembut dahi Jihan, lalu melangkah keluar ruangan.
as Jihan lirih seraya me
*