Jangan Ambil Papaku
anyak sekali beban pikiran yang berseliweran di kepalaku. Apalagi masalahnya, kalau buka
an ekonomi keluarga kami jadi semakin baik. Papa bisa menuruti hampir semua keinginan kami, ana
jadi seorang ibu rumah tangga biasa saja. Mengurus rumah, suami dan
. Karena sudah bekerja di sana sejak masih gadis, Mama mempunyai kedudukan yang c
memberi penghasilan yang tidak menentu. Kadang banyak banget, sampai berlebi
itu termasuk kebutuhan tersier? Kebutuhan akan barang mewah. Bukan kebu
nyai penghasilan tetap. Jadi, saat usaha Papa sedang tidak membuahkan hasil,
u kerja hasilnya mana? Semua yang ada di rumah ini, aku yang beli dari hasil usahaku. Gajimu paleng udah habis buat
tak melakukannya. Mama masih tetap bekerja, dan hal itu membuat Pa
laki-laki itu kepala. Tubuh harus menurut pada kepala, dan kepala harus bisa mengasihi tubuh. Tap
nti kerja. Tinggal ongkang-ongkang kaki di rumah, udah dikasi
tama, dan ku lihat Papa dan Mama mulai sering bertengkar. Aku
ia yang seharusnya sudah harus pensiun, istirahat. Kamu juga tau kan, papamu j
ti kata Oma, Budhe dan Bulek mu? Pasti mereka menuduh Eyang Putri
mereka enggak bisa lagi ngomong, kalau Eyang Putri makan uang p
yang Mama lak
kerja. Dan aku yakin, alasan itu tak pernah Mama sampaikan pada Papa. Sensitif sekali kalau
a Mama gak salah, entah menurut Papa." Itu j
un turut menangis, kami berdua saling mengungkapkan rasa, meski lewat tanggisan. Aku sayang banget de
an pertengkaran mereka. Kalau dulu mereka bertengkar di dalam kamar yang tertutu
kku itu akan terbirit masuk ke dalam kamarku, dan menangis dalam pelukanku. Dia masih terlalu kecil
etimbang gadis kecil. Dia malah mendekat ke arah orang tua kami, kalau mereka mulai berselisih. Ta
erhenti bekerja saja, dan diam
Teman-teman Mary selalu meledek, kalau Mary anaknya Mbok Minah, karena mereka gak
dua. Mama tak menjelaskan pada Mary, alasan kenapa Mama masih terus beker
lau kedua adikku tampak tak peduli pada pertengkaran orang tua kami, tidak demi
setuju? Tentu saja tidak. Karena itu, Mamalah yang menanggung biaya pendidikanku selama aku
ataku masih enggan untuk terpejam. Pikiranku juga masih mengembara melintasi w
tu sekarang ini. Dimana aku masih belum bisa tidur, meski terbaring