Jangan Ambil Papaku
ihannya. Aku tau akan hal itu. Meski Mama menutupi dengan mengatakan tak
an membawa Wanita lintah itu ke mari. Dia ingin mempermalukan ku di tempa
riak untuk menarik perhatian teman-teman Bertha. Apa yang harus Bertha lakukan? Bertha
enghimpit dan membuatku merasa sesak, susah untuk menghela napas. Ku dengar di
nya pen
g. Apa yang menjadi pemikiran kamu memberi j
pernah jadi bundaku. Tolong Mama jangan pernah b
undaku. Aku tak akan pernah memanggilnya bunda. Sekalipun Mama yang menyuruhku. Ku haramkan mulutku untuk
maksud untuk membentak Mama. Bertha menye
u harus kuat. Kuat seperti Mama. Tapi, untuk saat ini aku belum bisa. Di depan
rus bisa jadi gadis Mama yang kuat! Ingat, Bertha! Sekali kita tampak lemah
menunjukkan kelemahan Bertha di depan Papa dan
i harapan Mama. Adik-adikmu masih terlalu kecil untuk bisa memahami ini semua. Ja
h dasar, sedang Leonel masih di tingkat awal taman kanak-kanak. Aku maklum mereka mau saja memanggil bunda ke Wanita lintah itu, karena im
Bertha men
ne berjanji untuk memberikan padamu besok. Karena dia perlu mengambilnya dulu di ATM. Sudah, jangan
janji, akan mem
, Sayang. Tuha
Ma. Tuhan member
telah terputus. Tapi aku masih enggan untuk beranjak. Aku masih ing
rene sosok yang rajin. Dia tak akan mau cuma duduk diam dan melamun saat sedang bertugas, karena menurut
sudah selesai
Irene, membuat aku yang
h, Su
idur. Oh iya, Bert. Tadi Mama kamu titip transfer ke Sus
ma juga sudah bilang pada Be
teman sekamarmu melihat sisa tangismu. Semangat ya, Bert! Tuhan tak p
Sekali lagi
a. Aku meminta ijin berbelok ke kamar mandi untuk mencuci muka. Benar
dah mengenakan piyama. Pastilah setelah seharian bertamasya, mereka meras
a mubazir. Ini aku punya roti kalau kamu masih merasa lapar. Kulihat kamu t
pai lupa waktu. Nanti ku makan ya rotimu, karen
sudah, aku tidur d
is makan roti
gar dekur halusnya. Kedua temanku yang lain jangan ditanya. Mereka tipe - tipe pelor, nempel lan
da Papa dan Wanita lintahnya. Pada caci maki yang tadi dia katakan untukku. Papa memang sudah banyak berubah.
umpatan dan caci maki selalu menyertai setiap ucapannya. Saat awal mendengarnya, aku menangis. Hatiku terasa sangat
tenggorokan. Kenyang. Kemudian aku bergegas berganti piyama, dan segera memanjat ke