My crush my husband
BAB
. "El mau pamit yah, kebetulan hari ini El mau mengunjungi beberapa panti bersama Davian, Arsen, juga Keandra, " ujar El. Rayyan tersenyum lembut, inilah yang dia sukai dari putri kecilnya. Sifat lemah lembut sang ibu menurun padanya. Sifat penyayang meski terkadang keras kepala. "Hati-hati sayang, jika ada apa-apa kamu hubungi ayah kalau tidak abangmu hmm, " sahut Rayyan. Naina yang kebetulan baru bergabung pun ikut tersenyum. Naina begitu menyayangi Eleanor. Meski Eleanor terlahir bukan dari rahim yang sama, rahim yang melahirkan sang suami. Sedangkan Raina hanya tersenyum sinis. "Mau sampai kapan kamu kelayapan seperti itu hmm, " sarkas Raina ketika melihat Eleanor hendak menjawab perkataan sang ayah. "Umurmu tahun ini 19 tahun, mau sampai kapan kamu seperti ini, kuliah tidak kerja juga tidak, mau kelayapan terus hah, " ujar Raina. Rayyan yang mendengar perkataan dari mulut istrinya seketika meradang. Baru saja Rayyan hendak membalas perkataan Raina terhenti karena melihat gelengan kepala sang putri. Tangan Rayyan mengepal kuat hingga buku-buku tangannya terlihat memutih. "Tuhan inikah istri yang aku pertahankan, andai tahu dia akan berbuat seperti ini, rasanya dulu aku enggan untuk mempertahankannya hingga aku harus kehilangan ibu dari putriku, perempuan yang sangat aku cintai, " batin Rayyan bersenandika. Eleanor tersenyum lembut, "Ibu tenang saja InsyaAllah nanti El akan mencari pekerjaan, " sahut Eleanor. Raina masih menatap sinis Eleanor, "ya memang sebaiknya seperti itu, dan ingat jangan kamu mencoba mencari pekerjaan di perusahaan abangmu ataupun ayahmu, kamu harus berusaha sendiri, karena dulu juga abangmu berusaha sendir
Davian lagi. Eleanor masih menangis. "Dav apa aku bukan putri dari ibuku, kenapa dia sangat membenciku, salahku dimana Dav? " tanya Eleanor pilu. "Aku bingung Dav, tiap ibu dan ayah pulang dari luar kota, ibu terlihat sekali dia tidak menyukai kehadiranku, " lanjut Eleanor. "Apa yang harus aku lakukan Dav? " tanya Eleanor lagi. Davian hanya diam bukan enggan memberu jawaban atas pertanyaan Eleanor. Hanya Davian pun bingung. Harus menjawab dan berbicara apa. Tak lama Eleanor pun mengangkat wajahnya dan menatap Davian. Tampak wajahnya yang memerah juga hidungnya yang memerah. Lama Eleanor diam sambil menatap pria tampan di hadapannya itu. "Dav, di cafe mu ada lowongankah, aku mau melamar pekerjaan, " ujar Eleanor. Alis Davian terangkat dan menatap heran pada gadis cantik di hadapannya itu. "Kamu kenapa tidak melanjutkan sekolah saja hmm, " jawab Davian tanpa menjawab pertanyaan Eleanor. Eleanor menggelengkan kepalanya. "Kamu tahu kan Dav, aku bisa sekolah sampai SMA saja sudah bersyukur. Bukan aku tak mau melanjutkan sekolahku, tapi kamu tahu sendiri bagaimana ibu, tadi saja aku sudah