Kamu Adalah Keajaibanku
ada sebagian yang tidak peduli dengan apa yang terjadi, dan sebagian pula mereka masih terus mencaci dan meng
Kalau aku jadi dirinya pasti sudah malu," sindir
ikkan!" ketus salah satunya lagi. Setelah meng
a dirinya berjalan ada lagi yang mencibirnya. Dia buru-buru masuk ke dalam kel
areng? Ya nggak, Bro." Baru juga dua wanita tadi pergi, sekar
ampus beberapa hari yang lalu. Mereka mengolok-olok Dara dengan ca
...." Mereka tertawa puas dengan apa yang mereka lakukan. Sudah terasa panas teli
ahnya. Bahkan tidak banyak juga mereka mencibir dara atau mengghibahi Dara. Meski pun Dara mendeng
epertinya? Aku sangat tidak sudi!" ketus salah sat
a lakukan. Kalau aku pasti sangat malu dan tidak ber
irinya!" Masih banyak lagi semua cibiran dan hinaan yang di layangkan pada Dara. Dara ha
ekali jika hati Kia juga tidak sakit mendengarnya, Kia juga ikut menahan sakit m
ng duduk di kursi masing-masing agar pelajaran segera di mulai. Dosen
k bisa mengikuti pelajaran Bapak. Kamu bisa
pi
dengan cepat." Belum juga Dara melanjutkan ucap
beberapa hari yang lalu, Dara sangat sadar, ia menganggap jika ini adalah hukuman yang layak untuknya. Dengan berat hati Dara keluar dar
njang. Dara tidak tahu harus ke mana saat ini, maka
*~*
jauh. Lagi-lagi Dara kembali menarik napas panjangnya di sana. Bahkan
tin. Ternyata Martin tidak sebaik yang dia kira, kini penyesalan tinggal penyesalan. Terkadang D
ih baik dia pulang dan berdiam diri di kamarnya. Di tengah-tengah perjalanannya,
e arah siapa yang tengah ia tabrak, ia sudah menyiapkan telinga da
Dara salah, orang itu tidak marah sedikit pun padanya. Dara mendongakkan kepal
boleh tahu, siapa namamu, Nona?" Rupa-rupanya or
di universitas yang sama dengan Dara. Baru kali ini Dara di sambut baik oleh seseorang, biasa
it berubah sedikit cuek. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba memasang
idak apa, Nona." Langit menarik tangannya kembali
aimana Dara mendapat hinaan dan cacian dari banyaknya mahasiswa. Mungkin karena itu Dara tidak mau menyebutkan na
a-tiba bersikap cuek pada Langit, mungkin itu karena pengaruh dari hubungan terak
eninggalkannya seorang diri. Kebetulan saat ini masih dalam jam perkuliahan
langkah kakinya. Sudah cukup dia beruusan dengan laki-la
encari tahu siapa dirimu sebenarnya, Nona." Langit kembali tersenyum di sana. Te