SUAMIKU MILIK IBUNYA
nuju ke dapur menyeduh air pa
erti mengunyah permen, sesekali dadanya naik turun sisa sesak tangisannya. ya tuhan. hatiku merasa teriris melihatnya, putri kecilku yang malang
sah hamil dan punya anak, gak punya asi sok-sokan pun
ingin Anaya bangun karena aku yakin saat aku mengucapkan sepat
susu bubuk kedalam botol itu setelah itu kurendam botolnya dalam air dingi
kan sendiri rasanya punya anak tapi mengurusnya sendiri." Ucapan ketus ibu mertuaku itu sudah menjadi makanan sehari-hariku selam
enganmu bisa membuat keluargaku bahagia, nyatanya aku harus kehila
yang dia katakan saat mencaciku, aku dan anakku penyebab dia kehilangan rumah. Pad
menangis lagi, aku hanya bisa menghela nafas dan pergi dari dapur, karena semakin disini ibu mertuaku akan sem
tinggal pergi, seharusnya kamu itu minta maaf dan mencari solusi bagiamana mengambil lag
k kedalam kamar untuk membaringkan Anaya. Da
nyesal merestui kamu dengan dia, bukannya membantu mertuanya malam bikin mertuany
gga yang mendengar ter
au dia belum ingin diam dengan sendirinya, membsntahnya akan semakin mem
eneknya itu, bulir air mataku mengalir deras meratapi nasibku yang seperti ini.
rbuka dengan kasar bahkan saat pintu bergesek dengan tembok terdeng
at melihat mas Rahmad berdiri di ambang pintu, aku yakin ibu pasti sudah mengadu
a membuat ibuku sampai marah seperti itu? Kamu ga
karena ibu marah-marah padaku, kasihan Anaya yang tidur mas, jadi aku membawan
kan ibu yang sedang menasihat
k bersalah mas!." Akhirnya emosiku sedikit meledak. Kalau aku sendiri yang di perlakukan seperti itu mungkin aku akan diam saja, ta
dak akan pernah hidup serba kekurangan seperti ini, ibuku pasti masih akan tinggal di rumahnya dan kamu pasti masih bekerja dan
a anak kandung kamu sendiri." Ucapku berlinang air mata, tidak habis pikir aku
ini, bagaimana bisa dia mengat
ahir di keluarga ini, kamu yang menginginkan dia jadi u
m br
au itu suara motor mas Rahmad, dia mungkin tidak akan pulang sampai beso
itu, bahkan Anaya terbangun dan menangis melihatku yang terisak, ana
ma kehadiranmu saat ini, tolong jangan benci ayahmu nak
beberapa kali ber
berkumandang beriringan dengan suara isakanku yang semakin la
mbil air wudhu. Dengan Anaya yang ku gendong di punggung
a di sampingku, dia anak yang lumayan faham dengan kondisi ibunya, saat aku tinggal menunaikan sho
dak pernah menangis saat a
padaku ini adalah sebuah cobaan yang ia berikan kepadaku, karena yakin aku bisa melewati semua ini, tap
ersedu-sedu me
lau engkau pasti merencanakan sesuatu di balik kepahitan yang engkau berikan sekarang, hamba
dap sang pencipta terlebih Dulu, siapa yang akan menyayanginya lebih dariku?. Makanya aku selalu berdoa un
sendiri dengan putriku, mas Rahmad sejak aku melahirkan memilih tidur sendiri di kamar
ya setelah Anaya tidur, saat dia ingi
sam