AMBISI GADIS DESA
tu di pos terminal bus. Mas Indra memberiku sedikit pengetahu
di rumahmu?
tetangga lagi menagih hutang pada ibu atau pria pemalas itu. Tak ada
apa i
arti. Dari wajah mereka aku melihat ada sesuatu yang sedang terjadi di ruma
sakit. Ibumu barusan
ndra karena aku tak bisa berpikir.
Nay ke rumah sakit," sahut
takut terjadi sesuatu sama i
keranjang ini tar
ibu yang membuatku takut dan cemas. Aku berharap kejadian setahun
ar ibumu hanya
ar tak perlu mencemaskan apapun. Perasaanku seketika tenang saat di
menelepon Bang Rusdi untuk meminta bantuan. Sebab aku tak punya b
anya dulu sama pu
u, Dek?" tanya seorang s
asuk dan menuju tempat pusat pelayanan di depan pintu masuk. Mas Indra yang mena
ya Artika, Sus. Di m
sebent
a. Aku mengedarkan pandangan ke area rumah sakit dan
ika melihat ada ibu duduk di kurs
at dan ibu memegang perut kirinya seperti menahan sakit. Saat
ngan ibu Ma
i tetap harus diperhatikan agar luka yang s
esok. Seharusnya ibu Maya menginap s
biar luka ibu cepat sembuh," kataku mena
al. Ibu hanya kena luka kecil k
emam akan membuat Nay semakin bersedih
nolak dengan alasan biaya yang akan mahal dikeluarkan. Aku tahu biaya rumah sakit
p, Sus. Biayanya saya bayar sekara
kakek d
Bang. Saya ma
harus cepat pulih. Aku melakukan
kelas dua. Sebentar saya ma
ti langkah suster yang mendorong kursi roda menuju lorong lalu berbe
akan ke sini lagi mengganti infusnya
kasih,
a Husna,
butku. Dia menyunggingkan senyum yang tulus dan pa
watan kelas tiga saja. Ini mahal,"
h asal ibu sehat," kata Mas Indra memba
cengeng. Ibu tidak suka," ucap i
u menepuk bahuku memberi kekuatan. Jika tak ada Mas Indra dan Bang Rusdi m
iba Bang Rusdi datang dengan nada emos
menjatuhkan pisau la
k akal," sela Mas Indra dan aku ya
n yang mel
ku tahu ibu tidak seceroboh itu menjatuhkan pisau lalu terjatuh. I
Parman melaku
rman. Luka itu bukan karena kamu jatuh, tetapi di
lisi?" Aku menatap ibu yang menundukkan kepala.
bawa Nay keluar ya. Ibu m
menarik tanganku untuk segera meninggalkan Bang Rusdi
melukai ibu?" tany
, Nay. Nanti ak
reka. Begitu Bang Rusdi keluar, dia tak menatap kami. Pandangannya tertuju ke depan
Nanti aku ke sini lagi s
mu sore buat a
iriku dan mengusap punggungku. Dalam keheningan di kamar hanya terdengar
samb