icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Mati

Bab 2 Pertanyaan Normal

Jumlah Kata:2617    |    Dirilis Pada: 06/06/2023

n nanti, terlihat kesibukan terjadi dalam rumah yang cukup besar untuk tiga orang mempersiapkan sisa kebutuhan liburan. Pulau jawa terbilang sebagai maskot Indonesia karena

r berwarna krem setinggi 6 meter dengan pintu masuk dan keluar bagunan yang cukup untuk dilewati 2 mobil keluarga bertema tombak berbunga melati berwarna putih. Disambut sebuah taman bunga kecil dan jalan kekiri menuju garasi dibawah tanah yang bisa buka tutup dan kekanan lapangan serb

ggakan ataupun diakui, tapi hal itu s

mah seharian lantas ia membukakan pintu gerbang dengan inisiatifnya tanpa ada adegan seorang jendral memberi titah pada letnannya. "Mari pak" senyum pejaga keamanan rumah 3 lantai itu menembus kaca mobil, pria coklat itu me

a penduduk bumi ini yang telah bangkit dari mimpinya namun ia hanya bisa bungkam demi menjaga keharmonisan mental manusia, mereka akan takut jika mentari bicara secara langsung denfan suara yang menggelegar. 'Aku tau rasa sedih kalian semalam,

*

ir desa dengan nuansa pegunungan yang tampak didalam sebuah mesin pendingin minuman. ada yang memakai pakaian dingin, ada yang memakai perlengkapan musim salju yang menandakan mereka mengerti akan kondisi cuaca yang dingin atau bahkan pernah mengalaminya. Sebuah rumah yang cukup besar untuk sebuah lobi vila sebelum menikmati

ernyata sudah tiga kali panggilan untukku, aku ter

cara dengan petugas hotel" pembelaa

ebuah taman vila yang cukup luas untuk bermain, perosotan, jungkat-jungkit, ayunan, juga bangku taman siap menghibur siapa saja yang merasa sedih terlebih anak kecil yang ingin menambah keceriannya. Tapi kami memilih pergi langsung ke pantai setelah berganti pakaian, sandal jepit karet berpadu dengan celana boxer biru bermotif bintang-binta

p bersantai menukmati keindahan senja yang kebanyakan orang men

mimpi?" tanyaku menunggu es k

at dengan posisi siap tidur dalam buaian senja, "Sebagian lagi

ang siswa SMP penasaran mengalahkan ilmu

isa memasaknya. Sementara yang tidak bisa memasak, ada yang membelinya dan ada yang belajar memasak. Mereka yang membeli makanan merupakan orang yang membenci waktu, mereka benci melibatkan dirinya dalam sebuah proses yang memakan waktu. Sementara mereka yang belajar memasak

gan mengejar cinta yang pergi. Suara gemercing ombak menabrak terumbu karang terdengar jelas oleh siapa saja yang lapar, karena saat lapar pende

nggu kita" dengan tatapan penasaran dan h

kesana" jawabnya sambil membersihkan pasir di

ap dengan pakaian saat kita dalam perjalanan,

penasaran pada pria yang lebih tin

di dana nanti ayah masakan sesuatu!" berjalan menuju

menutup pintu kamar mandi aku diberi hadiah ketukan pintu villa kami, ayahku mengurungkan niat memasak dan berlari kecil membukakan pintu. Dari suaranya aku tau dia adalah salah satu petugas villa dan memberitau bahwa makanan telah siap sebelum makan mala

ibumu!" mengetuk pintu kamar mandiku dan berlangkah menuju tas hitam polkadot yang barusan aku

lahan dengan dua kamar mandi, didepan kasur besar ada penghubung menuju dapur yang terdapst disebelah kiri sebuah kulkas warna biru dengan tinggi sama persis denganku didepannya ada wastafel diatas meja dapur disampingnya tersusun rapi kompor dengan gas dibawahnya sementara diatasnya ada cerubung asap menyebrang dari kompor ada meja dengan empat pintu penyimpanan untuk bumbu ataupun apapun yang berkaitan dengan masakan digunakan sebagai meja potong memotong sayuran maupun bahan lainnya tersedia di

sambil menggoyangkan tubuh ibuku yang menghadap kearah jendela yang tertutup gorden coklat. "Iya Vero kalian turun duluan saja, nanti ibu menyusul setelah mandi" masih dalam keadaan mata tertutup juga posisi badan yang tak

. Aku yang dari tadi melibat ayahku bolak-balik menata gaya rambut hingga 10 menit itu mulai tak sabar "Mengapa tidak ayah pakai saja gel itu di alis tebal milikmu?" sambil terkekeh, karena terlalu lama bak penyanyi terkenal yang mendapati tata riasnya terlambat, hingga harus mengurus penampilan sendiri, lama. "Ayolah, kau tidak ingin ayah terlihat tampan didepan k

dari kesibukannya menemani para penjual. Angin malam ini benar-benar kencang sampai mengusik ketenangan daun pohon kelapa, rembulan sedang dalam masa indahnya, indah dipandang, indah disorot, indah jika dimiliki, namun sulit untuk mendekatinya. Mala

h mengelilingi meja besar itu lumayan banyak dengan gelas ditangan mereka, seperti menunggu raja tiba diacara makan malam ini. Anehnya ayah seperti menyadari akan bahaya mengintai "Ini bukan acara makan malam biasa, tapi benar-benar spesial. Sebaiknya kita ambil seperlunya dan membawanya ke tempat lain untuk dimakan!" dengan wajah pucatnya a

rnanya hitam, membawa dompet ditangannya sambil menjinjing gaun yang terlalu kebawah itu, ibuku terbiasa tanpa make up. "Ayah, ibu sudah datang, ayo ajak ibu untuk rencana kita!" tegasku dengan menghiraukan kerjaan yang kami lakukan, aku menghampiri ibuku dan ibuku langsung be

ahku bernada tegas seperti superhero yang memperingati warga sipil. Akupun mengikuti genggaman ayahku, tetapi mataku tertuju pada ibuku yang disambut riang gembira para tamu "Terima kasih atas hidangannya, saya rasa anda memang hebat juga dalam hal ini" ujar

n, maka ini akan jadi lebih lama.." setelah itu aku tidak bisa mendengar lebih jelas karena jarakku sudah le

an terbukalah dekapan tangan ayahku di kedua telingaku dan juga suara tembakan itu terhenti. Aku segera berlari menuju asal suara itu, tapi sial ayahku lebih dulu memegangi pinggangku menahanku. "Liha

i alas kaki, melangkah menuju balkon. "Ibu, pulanglah kesini, beritahu aku apa yang telah terjadi disana" doaku dengan suara kecil lalu sambil memerhatikan ayah yang menatap gelapnya langit dengan kismis putih juga coklat putih berbe

*

! D

nya, ia menoleh padaku memberikan senyuman indah dengan lengkungan pelangi yang tentu saja membuatku merasa senang. Dengan berkedip, wajah ibu sudah didepan wajahku sehingga menutupi kerumunan orang-orang disana, lengkap dengan senyumannya. "Bagaimana makan malammu, nak?" seketika memecahkan lamunanku atas indahnya senyuman itu, "Sangat nikmat, bu. Ak

impi? Dan apa aku normal jika menyukai tidur?. Ah sudahlah mentari masih belum beran

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka