Jerat Gairah Lelaki Penguasa
g ayah. Ayah Intan merupakan salah satu pemilik perusahaan besar yang terkenal di bi
apa, Tan? Sepertinya serius?" tanya ayah Intan, menghentikan kegiatannya
idup kamu, kenapa harus bekerja disaat kamu sedang mengenyam pen
ngin belajar mandiri saja. Toh, kuliah Intan juga sudah h
u bagaimana Tan. Jujur saja, jangan berbohong!"
kerja, Intan pasti ada kesibukan lain, jadi tidak perlu memikirkan sesuat
bekerja, besok pagi ikut Ayah ke kantor!" ujar ayah Intan, dengan santainya. "Yah, Intan tidak mau bekerja di kantor Ayah. Intan
gi ini dunia bisnis. Jabatan dan harga diri jadi taruhannya. Apalagi untuk kamu yang masih baru da
endapatkan posisi yang tidak terlalu rendah pasti akan sangat sulit. "Begini saja Yah. Ayah kan seorang pengusaha, berhubung ijazahk
a kamu berani?" tanya ayah Intan, ter
Yah?" Bukannya menjawab,
rangnya tegas dan disiplin. Kamu saja bangun kesiangan terus
ponsel atau jam, jadi Intan pasti tidak akan kesiangan. Tolong ya, Yah! Satu
, kebetulan Dermawan juga sering ke perusahaan itu me
rusahaan milik Lingga Mahendra. Memiliki orang dalam, memang sangat memudahkan dalam segala hal, apalagi untuk
dulu!" pamit Intan, terlihat
mu tidak capek nanti?" tanya
karang sudah besar, sudah dewasa. Yang namanya kerja itu past
untuk kerja, kuliah juga belum benar-benar selesai. Apa dia bis
umuran Intan. Yang usianya jauh di bawah Intan saja sudah banyak yang kerja. Masala
ingat kata Ayah. Pak Lingga orangnya disiplin, j
an bergegas berangkat kerja. Ini hari pertamanya. Dala
an membuat hatiku senang lagi. Tenang Intan, mati satu tumbuh seribu. Siapa tau nant
haan yang tak kalah besar dengan perusahaan milik ayahnya, Intan mulai turun dari mobil pribadi
baru di perusahaan ini," ujar Intan memperkenalk
sama saya? Kenapa tidak langsung ke ruangan kamu
asti akan membalas perlakuan staf wanita di depannya. "Saya kan masih baru, jadi saya tidak ta
Memangnya kamu kerja di bagian mana? Apa sepenting itu,
arus di uji kali ini. "Tunggu sebentar! Saya hubungi pak Agung
lama berada di sana, Intan merasa tidak betah sama sekali. Intan berjalan melewati beberapa karyawan yang berlalu lalang sibuk dengan urusan masing-mas
terdengar dari dalam rua
a. Tua? Bahkan wajahnya jauh dari kata itu. Seorang pria tampan dan penuh wibawa menatap Intan dengan tata