MOON
tober
berwarna-warni, cerah dan ceria. Ya, memang begitulah Rigel, ia selalu tampak paling antusias terhadap setiap rencana me
gu. Tapi, Nebula tetap saja menyiapkan teleskop mereka. Entah apa yang sebenarnya membuat Nebula begitu ragu? Yang jelas keraguannya telah dikalahkan hanya dengan
menggunakan kaus kaki." Rigel mengambil kaus kaki yang masih terlipat rapih di atas meja belajar, sebenarnya itu sudah Nebula siapkan sejak t
bula untuk dipasangkan kaus kaki yang cukup tebal dan hangat, sehangat hati seorang Rigel yang menyayangi dengan penuh tulus kasih. Mungkin bagi sebagian ora
*
ja siang sudah terbenam seperti tertelan bumi
mulai terasa, dingin
as tersengal-sengal, semangat Rigel tak pernah hilang, wajahnya selalu saja menebar senyum lebar. Pemandangan d
adis itu duduk pada salah satu batu yang ada di tepi rute pendakian, cukup besar, mampu menjadi tempat menopang bantalan duduknya juga Nebula. Tangannya mena
na gadis yang ia cintai juga ia sayangi itu merengek kehausan, Nebula mau tak mau mengalah untuk kembali turun, di bawah rute yang mereka lewat
i yang masih buka. Bagaimana jika kita turun
iri untukku? Aku akan menunggumu di sini. Aku berani
butuh beberapa menit untuk turun kemudian kembali lagi. Ragu, sebelum turun
alih pandang pada bulan yang ditunjuk Rigel, kemudian sedikit tersenyum. "Kau bilang bulan itu adalah dirimu, jadi aku tidak takut sama sekali di sini, kau bersamaku, tempat in
ngalah, meski berat hati, p
tu-satunya hal yang bisa menemani kebosannya. Memutar beberapa lagu. Menyalakan kamera
ari menunggu bulannya kembali. Tak ada rasa was-was bagi Rigel, ia tetap tenang hingga pada ak
u pada Rigel. Wajahnya tidak bisa dilihat dengan
menggumam kecil
mpai atas?" Tawar lela
enang, membuat dua orang lelaki yang turut duduk di se
merasa tak enak sekaligus aneh atas jawaban Rigel. Mungkin g
*
mbaliannya karena harus segera ke toilet umum. Gejolak ingin buang air kecil itu begitu kuat, seperti tak tertahanka
gunakan toilet. Agaknya memang sedikit ramai pendaki karena mungkin banyak yang
karena membiarkan Rigel seorang di
benar nomor satu, ia tidak akan pernah tega pada wanita manapun, pada akhirnya Nebula mengalah
tak tahu apapun yang
*
sekali-sekali dan itu sangat berat. Tubuhnya dingin ketika kain yang tadi membalut tubuh sebagian besarnya sudah tercampakkan dan robek di sana-s
perti tersenyum kepadanya. "Kau melihatku? Kau melihatku, kau bersamaku. Aku melihatmu tersenyum padaku. Terus bersinar. Teruslah bersinar!" kata-kata itu terucap pelan nyaris
a orang memilih kembali sebelum hujan Leonid tiba, tim sar me
*
ptemb
tu. Tiap-tiap ia mendengar tentang Bukhansa hatinya sakit, ia ingin menjerit, akan berlari mengambil ben
kehabisan cara untuk menenangkan anaknya. Obat penenang yang
sakit melihat anaknya hanc
*
in te
rtimu. Apa susahnya untuk kali ini kau menuruti permintaan kami?" Amarah meledak bersamaan tamparan yang me
Bersabarlah, aku mohon bersabar untuk beberapa waktu saja." Mata bintang itu mengalirk
cari angin malam yang mampu menenangkan hati dan kacaunya pikiran. Setidaknya hanya untuk b
o
ERA