icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

MOON

Bab 2 Bukhansan

Jumlah Kata:1331    |    Dirilis Pada: 18/01/2023

tober

berwarna-warni, cerah dan ceria. Ya, memang begitulah Rigel, ia selalu tampak paling antusias terhadap setiap rencana me

gu. Tapi, Nebula tetap saja menyiapkan teleskop mereka. Entah apa yang sebenarnya membuat Nebula begitu ragu? Yang jelas keraguannya telah dikalahkan hanya dengan

menggunakan kaus kaki." Rigel mengambil kaus kaki yang masih terlipat rapih di atas meja belajar, sebenarnya itu sudah Nebula siapkan sejak t

bula untuk dipasangkan kaus kaki yang cukup tebal dan hangat, sehangat hati seorang Rigel yang menyayangi dengan penuh tulus kasih. Mungkin bagi sebagian ora

*

ja siang sudah terbenam seperti tertelan bumi

mulai terasa, dingin

as tersengal-sengal, semangat Rigel tak pernah hilang, wajahnya selalu saja menebar senyum lebar. Pemandangan d

adis itu duduk pada salah satu batu yang ada di tepi rute pendakian, cukup besar, mampu menjadi tempat menopang bantalan duduknya juga Nebula. Tangannya mena

na gadis yang ia cintai juga ia sayangi itu merengek kehausan, Nebula mau tak mau mengalah untuk kembali turun, di bawah rute yang mereka lewat

i yang masih buka. Bagaimana jika kita turun

iri untukku? Aku akan menunggumu di sini. Aku berani

butuh beberapa menit untuk turun kemudian kembali lagi. Ragu, sebelum turun

alih pandang pada bulan yang ditunjuk Rigel, kemudian sedikit tersenyum. "Kau bilang bulan itu adalah dirimu, jadi aku tidak takut sama sekali di sini, kau bersamaku, tempat in

ngalah, meski berat hati, p

tu-satunya hal yang bisa menemani kebosannya. Memutar beberapa lagu. Menyalakan kamera

ari menunggu bulannya kembali. Tak ada rasa was-was bagi Rigel, ia tetap tenang hingga pada ak

u pada Rigel. Wajahnya tidak bisa dilihat dengan

menggumam kecil

mpai atas?" Tawar lela

enang, membuat dua orang lelaki yang turut duduk di se

merasa tak enak sekaligus aneh atas jawaban Rigel. Mungkin g

*

mbaliannya karena harus segera ke toilet umum. Gejolak ingin buang air kecil itu begitu kuat, seperti tak tertahanka

gunakan toilet. Agaknya memang sedikit ramai pendaki karena mungkin banyak yang

karena membiarkan Rigel seorang di

benar nomor satu, ia tidak akan pernah tega pada wanita manapun, pada akhirnya Nebula mengalah

tak tahu apapun yang

*

sekali-sekali dan itu sangat berat. Tubuhnya dingin ketika kain yang tadi membalut tubuh sebagian besarnya sudah tercampakkan dan robek di sana-s

perti tersenyum kepadanya. "Kau melihatku? Kau melihatku, kau bersamaku. Aku melihatmu tersenyum padaku. Terus bersinar. Teruslah bersinar!" kata-kata itu terucap pelan nyaris

a orang memilih kembali sebelum hujan Leonid tiba, tim sar me

*

ptemb

tu. Tiap-tiap ia mendengar tentang Bukhansa hatinya sakit, ia ingin menjerit, akan berlari mengambil ben

kehabisan cara untuk menenangkan anaknya. Obat penenang yang

sakit melihat anaknya hanc

*

in te

rtimu. Apa susahnya untuk kali ini kau menuruti permintaan kami?" Amarah meledak bersamaan tamparan yang me

Bersabarlah, aku mohon bersabar untuk beberapa waktu saja." Mata bintang itu mengalirk

cari angin malam yang mampu menenangkan hati dan kacaunya pikiran. Setidaknya hanya untuk b

o

ERA

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka