Takdir Cinta Sejati
amu sebagai obat atas rind
🕊
degup jantung dua insan yang tengah terp
sandaran sofa sembari matanya menatap lurus plafon putihnya di
antai granit putih polos di bawahnya. Menunggu jawaban atas pertanyaa
Lagi helaan napas itu terdeng
sama, apa kamu juga akan menjawabny
wab. Pria itu kembali mengalihkan
ak merindukan orang yang mer
da yang salah mereka berhak merindu
t tidur sang anak. Mengecup lama keningnya. Kemudian berbali
celana lalu berkata, "tidurlah, sudah larut."
endekati ranjang Hafsyah. Airah tidur berl
imut yang membungkus tubuh Hafsyah sebelum beranjak menuju masjid rumah sakit g
apa-apa ibu tinggal?"
Ibu pulang, aja, istirahat biar Airah di sini ber
sudah, ibu balik dulu. InsyaAllah,
nggung Rita yang kini sudah
erbuka menampilkan sosok pria dengan balutan s
endekat ke arah meja, menyimpan sesuatu
angguk, ia fokus
arapan dulu. Biar
gkat wajahnya, memand
ukaanmu, " imbuh Adnan lagi. M
uk. "Aku akan sarapan ber
apa membuat perih
a bertahan dari perasaan aneh y
pi
areng dengan Hafsyah." Dia berb
"Baiklah. Tapi kalau Hafsyah bangunya lama, sebaik
nan lantas beranjak dari ruangan itu meninggalkan
tidurnya, perlahan mata belo itu terbuka, mengerjap berul
sontak membuat wanita yang tengah membaca
ri, Airah beranjak mend
gelus sayang rambut legam Hafsyah ser
senyum lebar. "Se
ban
Airah membantu Hafsyah unt
dengan senyum mengembang, menatap sang a
syah nggak mau selapan lumah sakit l
ubit lembut hidun
bis itu minum obat biar cepat sembuh
anan lumah sakit unda." Dia m
bunda tergelak. "Terus anak bund
lunjuknya di dagu, berfikir. Kemud
makan bakpao
ncess. Tapi, kita harus
a di meja, mengirim pesan pada Adnan. Sekitar tiga pu
as yang tidak teratur. Menatap Airah dan Hafsyah
"Hafsyah belum sarapan, Mas. Katanya, dia m
unduk menatap wajah anaknya–y
mau maka
enatap sang ayah
ak membuat Adnan men
yuman, tangannya terulur mengelus pipi puti
ika sendu, mata bel
unda jadi s
ggak mau u
ya ke sisi tempat tidur, kedua ta
n makanan enak buat Hafsyah, setelah itu bunda balik lagi ke sini." Ibu jarinya dengan lemb
syah mengangkat j
a menautkan jari kelingkingny
mnya melihat interaksi dua per
*
anya begitu mereka sudah di luar kamar inap sang anak. Ha
rat perjanjian den
Aku balik dulu. InsyaAllah, habi
engangguk. "H
ari sana dengan tatapan sendu Adn
ntu, wanita itu sudah tak dapat menggerakkan tubuhnya. Mulut dan matanya membeliak, tangannya bergetar, tubuhnya seakan tak bertul
ag
ang-orang yang memanggilnya sebelum ke