Faith, Hope, and, Love
," pinta Tara ketika Atan sedang
nunjukkan pukul 8 lewat sedikit. "Kayak enggak ada hari lain a
gan siapa sih? Kok serius banget." Tara mencoba mendekati Atan yan
usah kep
nimarket. Atau enggak, beritahuk
ng juga minimarket be
tika kakaknya itu tiba-tiba memanggilnya
pa
nya tidak? Nant
g langsung menghilang di pintu. Atan mende
ah ke sini, Atan melanjutkan sesi chatnya bersama anggota vol
adi jika dia menyasar nanti, itu bukan salahnya. Ibunya t
*
tapi memintanya mengajak Atan untuk mengantarnya, tapi abangnya itu
tuk tetap di rumah, mengingat dia hanya baru mendapat sedikit istirahat. Tara meraih jaketnya dan hendak b
gkat saja, karena kemudian dia langsung bergegas pergi tanpa suara ketika seo
gan mata merah karena marah. Tara menjadi ngeri, tapi cowok yang dipanggil Alan itu tidak menghiraukan seruan penuh am
gejar ketika pemuda yang tadi ribut dengannya itu sudah pergi meng
ulan melintas di gang dan memperhatikannya. Tara cepat-cepat pergi dari
*
asih agak kikuk saat berkomunikasi dengannya, tapi itu bisa dimaklumi karen
dak berkelimpahan. Tara yang jarang mendapatkan perlakuan setulus itu mer
dia membutuhkan kasih sayang sang ibu. Tara tidak tahu apa yang bakal dihadapinya ke depan nanti, tapi untuk saat ini, dia merasa seolah s
lalu begitu cepat tanpa terasa. Irana melirik kasur di sampingnya dan terkejut ketika bangun-b
lah bareng kakakmu, Nak. Dia selalu datang tepat waktu ke sekolah, maksu
aka
ngguk, ters
ang tukang tidur itu merasa sebuah kesalahan jika masuk ke sekolah lebih pagi, meski hanya lima menit. Atan pasti orang yang penuh perhitunga
um kecil. "Ka
api, tidak masalah jika sekarang a
ak apa, lagi pula hanya itu b
ah untuk membuat sarapan, sedangkan ibunya
erapa butir telur. Tara memecahkan telur-telur itu di m
kompor dan mulai menuang telur itu k
n menunggu di meja makan
akan pernah memiliki kesempatan lagi untuk bersama-sama seperti sekarang, tapi pu
dia bisa hidup bersama dengan anak-anaknya. Karena di kehidupan yang singkat ini, h
meletakkan piring-piring itu di atas meja, Atan muncul dari kamarnya dan melangk
belum berpakaian lengkap begitu?" tan
sudah pakai baju dan celana.
ngerutkan dahi. "Memangnya kau tidak pernah
gang doang? Yang paling penting itu perut diisi dulu," ujar Atan sa
asih dipelototinya ketika memilih untuk menghabiskan sarapan lebih dul
dikit bobrok? Larat, sangat bobrok. Bahkan yang bisa dibanggakan dari sekolah itu hanyalah prestasinya di bidan
ekolah di Ibukota tidak sebagus yang kau kira," seru Atan yang diberi tatapan bingung oleh Tara yang memang tidak
bicara begitu?" sahu
gatkanmu agar tidak t
"Ayo cepat habiskan sarapannya. Tinggal s
ak jengkel ketika Atan masih terlihat santai-santai saja seolah
ini salahmu," ujar Ta
gkus keras. "Enak saja. Kenapa jadi aku yang dis
salahmu juga yang
kalah. "Aku selalu bangun pukul setengah tujuh, me
t lho," ujar Irana yang baru ingat jika perdebatan kecil seperti ini past