Faith, Hope, and, Love
ar
enemukan wanita berambut pirang kecokelatan ya
k bersua membuat mereka agak kikuk hingga akhirnya Irana memecah k
ndekatinya dan memeluknya erat sambil ti
ma tidak dia dapatkan itu dan tersenyum le
eluapkan kerinduan masing-masing dalam pelukan panjang. "Terima kasih untuk tidak membenciku, Nak," gumam Irana
i itu dari jauh. Dia tidak menyangka akan berkumpul la
ni yang amat dirindukannya. Dan tidak, dia tidak membenci ibunya yang pastinya dulu tidak
akhir. Wajahnya amat ceria saat dia berkata. "Ayo kita ke lantai atas dan mel
saja," j
engajaknya naik ke lantai dua yang mesk
rong yang bertuliskan toilet. "Ini kamarku, tapi akan menjadi kamar kita
ini pun aku tidak masalah," ucapnya dengan penuh perhatian sebelum
ja tiba di anak tangga teratas sambil
bawakan barang bawaannya yang sangat banyak. Ini pun sebenarnya belum semuanya. Tara cuma membawa ba
" Irana bertanya di sela-selanya mem
akaiannya dari dalam tas ke lemari kayu
janji dengan salah satu pelanggan untuk merias wa
Seperti ini saja pun dia sudah senang. Dia menghargai usaha ibuny
saudara laki-lakinya. Meski sebenarnya hanya kenangan masa kecil yang b
tapi sebenarnya dia berhati lembut. Dan dibalik sikap Atan ya
ekerja di klinik
dan berkata. "Masih, dia bahkan berniat
ggut, lalu segera menatap putrinya setelah
t perutnya sedari tadi minta diisi. "Belum.
beringsut bangun. "Tunggu sebentar, akan kusiapkan mak
a kasih," s
masam. "Apa? Aku bahkan baru menyalakan rokok," ujar Atan sewot karena sepertinya dipaksa membant
a dia yakin sekali Tara tahu bahwa di minimarket tadi dia membeli rokok
k menyebalkan," gerutu Atan, tapi
rnya, dan menunjukkan pada Atan seragam sekolahnya ya
ndesah pelan. "Untuk yang seragam abu-abu, kurasa ma
h dan rok abu-abunya di lemari, lalu berpaling pada pakaiannya yang
uali ingin menemani Pak Sekuriti. Senin baru kau masuk. Gugup, ya?
pada hari pertama? Kau past
ak k
ar bola ma
pertamaku sekolah," ujarnya den
tawa. "Tidak percay
meraih tas kanvas di pinggir kasur yang berisi ma
ebar lagi dan menemukan oleh-oleh berupa aneka keripik buah, sari apel,
em. "Oleh-oleh
cukup peduli juga. Di mataku,
kan alis. "
mau berap
goda saudara laki-lakinya yang p
n membawa semua oleh-olehnya keluar kamar. Ji
masukkannya ke lemari tanpa mempedulikan apakah lipatannya ada yang terbuka ata
uangan belakang, dan menemukan ibunya sedang menata meja makan. Di sana juga sudah ada Atan yang selalu nomor satu jik
roncongan tidak bisa menahannya," ujar
ingkat. "Kalau b
rkata. "Untuk perempuan bertubuh kurus sepe
ya. "Itu karena aku
u karena k
erbeda