/0/28867/coverorgin.jpg?v=7b0e6024e1de511891092aedce1d1655&imageMogr2/format/webp)
Aku melirik jam yang melingkar di tangan, memastikan sudah waktunya untuk kembali ke rumah dan beristirahat bersama 2 malaikatku. Jarum jam menunjukkan angka 10 tepat, aku merogoh saku jaket kebesaran dan mengambil HP, baru saja aku berniat mematikan aplikasi ojek online, ponsel ku mengeluarkan nada keras tanda orderan baru masuk. Melihat nama pemesan yang tertera, aku langsung merasa ragu untuk menerimanya, tapi melihat tempat yang dituju oleh si pemesan tidaklah jauh dari tempat tinggal ku, aku cepat menerimanya. Gegas kutekan beberapa angka yang tertera di aplikasi dan tersambung.
["Selamat malam, dengan pak Ardi?"] Tanyaku membuka percakapan.
["Benar,"] jawab seorang pria di seberang.
[" Maaf… Bapak barusan pesan ojek ya, Pak?"] tanyaku memastikan.
[" Iya, maaf… Kok suara perempuan ya? Apa memang perempuan?"] tanyanya balik. Seperti biasa, melihat namaku di aplikasi orang pasti menyangka kalau aku adalah seorang laki-laki, karena nama yang tertera pada aplikasi adalah Dirgana. P.
[" Iya pak, benar. Jadi, bagaimana pak? apa Bapak keberatan kalau yang mengantar perempuan?"] tanyaku lagi.
[" Oh, iya... tidak apa - apa. Jemput sesuai aplikasi ya,"] jawabnya langsung. Aku mematikan sambungan telepon setelah menutup pembicaraan dan langsung mengarahkan motorku ke tempat penjemputan yang juga tidak terlalu jauh dari tempatku berdiri tadi. Bismillah, aku meminta perlindunganNya selalu, apalagi di jam-jam seperti sekarang dan dengan pemesan ojek laki-laki.
Tempat penjemputan sebenarnya sih di tengah kota, masih banyak kendaraan berlalu-lalang. Tapi, tetap saja aku harus waspada. Tiba-tiba aku mendengar seseorang memanggil namaku bersamaan dengan tepukan, ku arahkan pandangan ke sebuah warung yang gelap, aku melihat beberapa laki-laki berdiri di sana. Dua orang laki-laki memintaku datang ke arah mereka lewat lambaian tangan. Kuarahkan stang motor ke tempat orang-orang yang memanggilku barusan, sambil terus melafalkan doa meminta penjagaan dari sang pemilik dunia.
"Saya pikir tadi laki-laki," kata salah seorang dari laki-laki yang tadi melambaikan tangan ke arahku. Aku hanya merespon ucapannya lewat senyuman sopan saja, seraya menenangkan hati dan perasaanku.
"Saya minta tolong antar kan nenek ini, ya."
Aku menatap ke arah tangannya menunjuk, seorang perempuan tua keluar dari balik warung yang hanya diterangi cahaya lampu lima Watt berwarna oranye. Aku lekas mengucap hamdalah di dalam hati, lalu melebarkan senyuman.
"Nenek beruntung, tukang ojeknya perempuan. Jadi, nenek nggak perlu takut," ucap salah seorang dari belakang.
"Alhamdulillah, iya nak... Terima kasih banyak ya…." kata si nenek.
"Sama-sama nek... hati - hati," jawab para laki-laki itu berbarengan.
"Hati-hati bawa motornya buk, Uni." Pesan mereka padaku sebelum aku berlalu, aku tersenyum sambil menganggukkan kepala dengan sopan, lalu membunyikan klakson dan berlalu.
Ku kendarai motor dengan hati - hati, bahkan cenderung pelan. Mengingat kalau wanita yang duduk di boncengan motorku adalah seorang nenek tua.
"Darimana Nek, kok malam - malam sendirian?" tanyaku membuka pembicaraan.
/0/4014/coverorgin.jpg?v=5eae4c692cdd71bfa98ea10ee1deea05&imageMogr2/format/webp)
/0/12741/coverorgin.jpg?v=0e14b610eced47453db3c9f9f039dd67&imageMogr2/format/webp)
/0/5783/coverorgin.jpg?v=3712bdebc069917f2361658abd585e25&imageMogr2/format/webp)