/0/14428/coverorgin.jpg?v=e673db163036ee391c656ce0b40786ba&imageMogr2/format/webp)
"Ikhlaskan suamimu menikah lagi, Aisyah! Lagipula kamu tidak bisa kan memberikan aku cucu?"
Wanita bernama Aisyah itu hanya tertunduk menahan tangis di hadapan perempuan yang disebutnya sebagai ibu mertua. Sementara itu, sang suami yang seharusnya jadi tameng untuk istri malah lebih berpihak pada ibunya.
"Tapi, Bu ... perasaan Aisyah masih berat untuk ikhlas. Aisyah perlu waktu ...." ucapnya sambil memelas. Memohon belas kasih dari mertua yang menatapnya jengah.
"Sudah kuduga, Wisnu. Istrimu memang sangat keras kepala. Kau pilih saja dua opsi, menikah lagi atau tak kuanggap lagi sebagai anakku." wanita tua itu berkata dengan kejam. Tanpa peduli dia sedang menoreh luka sedalam-dalamnya lada wanita yang berposisi yang sebagai istri anaknya.
Wisnu terdiam sejenak. Satu sisi dia sangat mencintai istrinya dan tidak ingin kehilangannya lagi. Sudah cukup bagi Wisnu untuk mentalak istrinya sebanyak dua kali. Jika dia tak bisa menahan diri lagi kali ini, maka perpisahan abadi ada di depan matanya. Namun, Wisnu jyga takut membuat murka dan sedih hati ibunya yang sudah merawatnya susah payah menjadi seorang ibu tunggal. Begitulah cerita yang selalu didengarnya.
"Wisnu akan menikah lagi, dengan perempuan pilihan Ibu," ucap Wisnu setelah menghela nafasnya berat. Bu Ratna yang mendengar keputusan anaknya tersenyum bahagia. Sementara Aisyah malah semakin di banjiri air mata. Wisnu hanya sekilas menatap istrinya lalu mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Mas ... tidak bisakah kita bicarakan ini lagi?" Aisyah memelas pada suaminya. Berharap laki-laki yang sudah bersumpah dua kali itu mau memikirkan kembali keputusannya.
"Heh mandul, kamu pikir kamu bisa mengendalikan anakku, heh? Urusi saja rahimmu yang kering kerontang itu hingga sampai saat ini aku tak bisa memiliki cucu," ucap Bu Ratna ketus.
"Bu, bukannya Aisyah sudah cek dan hasilnya baik-baik saja, Kan?" Aisyah mencoba membela dirinya. Bukan pemahaman yang di dapat mertuanya melainkan sebuah kalimat tuduhan tentang Wisnu, anaknya.
"Jadi maksudmu anakku yang mandul?" Bu Ratna naik pitam. Tangannya mulai menunjuk-nunjuk pada Aisyah yang duduk di hadapannya.
"Bu ... sudahlah. Wisnu pasti akan menikah lagi sesuai keinginan ibu." Wisnu mencoba menenangkan ibunya yang terbawa emosi. "Dan kamu, Aisyah! Berani sekali membuat ibuku marah. Kamu tahu, surgaku ada di telapak kaki ibuku!" bentak Wisnu pada istrinya yang menangis sesegukan karena tersudut oleh dua orang egois yang ingin punya anak dan cucu.
Bu Ratna memandang menantunya sinis. Dia benar-benar tak habis pikir kenapa menantu yang di bayangaknnya akan jadi pebisnis terkenal malah memilih menjadi ibu rumah tangga dan hidup dari hasil kerja keras anaknya. Sebab itulah Bu Ratna sangat membenci menantunya. Di tambah Aisyah belum bisa memberikan cucu untuknya. Kemarahan Bu Ratna semakin menjadi. Berkali-kali dia hadir sebagai duri dalam daging di pernikahan Wisnu dan Aisyah sehingga Wisnu khilaf menjatuhkan talak dua kali pada istrinya.
Hingga menyisakan satu kesempatan terakhir.
"Besok, kamu ikut ibu untuk bertemu dengan calon istrimu." titah Bu Ratna. Wisnu mengangguk mengiyakan. Tidak sanggup menolak ibunya. Laki-laki yang berstatus sebagai seorang suami itu malah menyakiti hati perempuan yang seharusnya dibahagiakannya.
***
Aisyah pulang ke rumahnya sendirian karena sang suami memilih menginap di rumah ibunya. Menyetir sendirian di tengah hujan, wanita itu mencoba menguatkan batinnya sekuat-kuatnya. Aisyah mencoba kuat ditengah-tengah kelemahan semua wanita. Di madu.
Sesampainya di rumah, wanita itu segera mengambil sajadahnya dan bersujud lama mencurahkan isi hati pada yang maha pencipta.
"Allah ... jika suamiku bukanlah takdirku lagi, maka berikanlah aku takdir yang terbaik sesuai kehendakmu. Aku ikhlas ... aku ikhlas ... aku ikhlas ...." Aisyah mengulang kalimatnya berkali-kali dengan dada yang tertusuk. Wanita itu sama sekali belum ikhlas membiarkan dirinya akan berbagi suami dengan orang lain hanya karena pernikahan mereka yang memasuki satu tahun belum berhasil mendapatkan keturunan. Sudah berkali-kali Aisyah menyuruh Wisnu untuk cek ke dokter seperti dirinya. Tapi suaminya selalu menolak dan berkata kalau dia baik-baik saja. Sebenarnya ada terbesit curiga di hati wanita itu kalau-kalau suaminya nenyembunyikan sesuatu. Namun, dia malah memilih menutup aib suaminya bahkan di hadapan mertuanya. Aisyah selalu percaya kalau istri adalah baju untuk suami dan dia wajib menutup aib suaminya. Tapi Wisnu malah dengan ringan hati menyakiti hati istrinya. Persis sebuah pepatah; air susu dibalas air tuba.
***
/0/5553/coverorgin.jpg?v=1512eaa61d76dcbb016d1fadd17afad4&imageMogr2/format/webp)