"Lihat nih kelakuan pacar kamu," ucap Rina kepada Citra sahabatnya memperlihatkan foto Kaluna sedang berciuman dengan perempuan lain.
"Ini ...."
"Kaluna udah mengkhianati kamu, Cit. Masih mau kamu sama dia yang pendusta," ucap Rina lagi.
"Nggak mungkin Kaluna kayak gitu, dia anak baik."
"Ya, dia anak baik karena kamu kaya. Bahkan, kamu kasih dia apartemen kan."
Citra terdiam, dan Rina berusaha menyadarkannya.
"Ingat, Cit. Kamu aja nggak tahu siapa orang tua Kaluna," ucap Rina lagi.
"Apa yang dikatakan Rina itu benar," sambung Fara, Tantenya Citra.
"Tuh, Tante kamu aja setuju sama aku."
Citra meremas foto itu dan menitikkan air matanya.
"Kamu masih belum percaya, aku ada bukti lain nih." Rina mengeluarkan banyak foto Kaluna dengan perempuan lain.
"Menjijikkan," ucap Fara melihat foto itu, "ambil kembali apartemen yang kamu berikan ke gadis itu, Citra. Tante nggak sudi, dia tinggal di apartemen itu."
'Kenapa kamu lakuin ini ke aku, Kal,' batin Citra merasa sakit hati.
"Biar aku yang urus," ucap Citra.
"Ingat Cit, apartemen itu harus bersih dari parasit!" Rina mengingatkan kembali.
"Hemm ...."
"Kalau gitu Tante pergi dulu," pamit Fara.
"Kita juga harus ke sekolah, Cit," ajak Rina.
"Iya," ucap Citra lagi.
Mereka berdua pergi ke sekolah jalan kaki, karena jaraknya sangat dekat.
Sedangkan Kaluna sudah menunggu Citra di depan gerbang.
"Citra, Rina," panggil Kaluna melambaikan tangannya.
"Aku mau ngomong sama kamu," ugal Citra setelah sampai di depan gerbang.
"Kamu mau ngomong apa?" tanya Kaluna.
"Ikut aku," sahut Citra, "Rina kamu nggak usah ikut, biar aku yang urus."
"Ok." Rina langsung pergi.
Lalu Citra dan Kaluna pergi ke belakang sekolah.
Kring! Kring!
Kaluna terlihat sembab matanya karena Citra memutuskan hubungan secara sepihak, ia butuh jawaban dan penjelasan.
Di saat jam istirahat, Kaluna menatap Citra.
"Jelasin, kenapa mutusin aku?" tanya Kaluna.
"Karena kamu jalang!" sahut Citra dengan tegas.
"Apa buktinya aku jalang."
"Mau bukti, ini apa?" Citra memperlihatkan semua foto yang diberikan Rina, "kamu selingkuh sama Felin."
"Aku nggak deket sama Felin."
"Jangan bohong, aku pernah lihat kalian ngobrol di toilet."
"Felin cuma tanya tentang jadwal pelajaran, itu aja."
"Alasan yang buruk, mulai hari ini pergi dari apartemen. Besok harus sudah kosong, aku nggak sudi!"
Kaluna tersentak kaget mendengar ucapan Citra.
"Seharusnya dari awal aku nggak pacaran sama orang miskin kayak kamu," ucapnya Citra, "kamu cuma manfaatin uang aku kan."
"Enggak gitu, Cit. Aku ...."
"Kita udah putus, jangan panggil aku sayang lagi. Dan jangan pernah berharap kita balikan, ngerti!" tekan Citra.
Selama di sekolah, Kaluna berusaha mengajak Citra untuk bicara. Akan tetapi, semua itu gagal karena Rina yang menghalangi.
"Jangan deketin Citra lagi," ucap Rina di belakang sekolah.
"Aku tahu," sahut Kaluna.
"Bagus deh, kalau kamu sadar diri."
"Kamu kan yang edit foto itu," ucap Kaluna tiba-tiba, "aku juga tahu kamu suka dengan Citra. Cara kamu nyingkirin aku, itu murahan!"
"Bangs*t!" maki Rina ingin menyerang Jaluna. Tetapi, Kaluna sudah pergi lebih dulu. "Sialan, kamu Kaluna."
Kaluna melihat Citra berada di dalam mobil, ia langsung mendekatinya.
"Sayang," panggil Kaluna, "aku mau ngomong sama kamu. Aku nggak selingkuh sama Felin, Rina fitnah aku, Cit."
Brak!
Citra membuka pintu dan langsung menampar Kaluna.
Plakk!
"Jangan pernah salahin Rina!" bentak Citra, "kamu jangan mengalihkan kesalahan ke orang lain, jijik aku sama kamu!"
"Citra sayang, aku ...."
"Jangan panggil aku sayang, berhenti! Kita udah putus, jangan paksa aku buat balikan!" teriak Citra sampai semua orang menatap ke arah mereka.
"Lihatlah, cewek nggak tahu diri dan rasa punya malu. Udah diputusin masih saja ngejar, emang yah, orang miskin kayak Kaluna cuma mau uangnya Citra doang!" teriak Rina.
"Wah, parah ...."
"Gila ya, Kaluna."
"Kaluna itu orang miskin ternyata."
"Jadi selama ini semua yang dia pakai pemberian Citra."
"Ou, dasar miskin!"
Semua hinaan yang diterima Kaluna begitu menyakitkan.
"Aku enggak pernah manfaatin Citra yah," ucap Kaluna membalas mereka semua.
"Alah, miskin tetap miskin!" teriak yang lain lalu melempari Kaluna dengan sampah.
'Kaluna,' batin Citra merasa kasihan.
"Citra, ayo kita pulang." Rina langsung mengajak Citra pulang.
"Tapi Kaluna ...."
"Nggak usah pikirin dia," ucap Rina dengan cepat.
"Iya," sahut Citra.
Saat Kaluna sampai di apartemen, ternyata semua barangnya sudah dikeluarkan.
"Apa-apaan ini," ucap Kaluna.
"Kamu harus pergi dari sini," sahut Fara tiba-tiba datang.
"Tante Fara," ucap Kaluna menatapnya dengan tajam.
"Saya bengi tatapan kamu itu," sahut Fara, "pergi dari sini!"
"Aku bakalan buktiin ke semua orang kalo aku nggak salah!" ucap Kaluna dengan tekad lalu membawa semua barangnya.
"Cihh, bocah merepotkan!" kesal Fara, "seenggaknya dia pergi dari apartemen ini. Nggak sudi aku dia tinggal gratis, emang dia siapa?"
Kaluna menatap gelangnya untuk dijual, ia sudah tidak punya uang lagi.
"Ini berapa, Kak?" tanya Kaluna.
"Kalau yang ini cuma dikit naik harganya, Dek."
"Nggak papa."
"Ya udah, sini gelangnya saya timbang."
"Ini Kak."
Gelang Kaluna dijual laku dengan harga 6 juta, awalnya membeli 7 juta hadiah dari sang mama waktu masa SMP dulu.
Setelah menerima uang, Kaluna mencari kost untuk ia bernaung.
"Disini satu bulannya 300, udah termasuk air dan listrik. Tapi, untuk kamar dan kasur sama alat makan bawa sendiri yah."
"Iya."
Kaluna masuk ke dalam kamar dan melihat ruang yang kosong.
"Mirip banget sama hatiku," ucap Kaluna sambil terkekeh melihat keadaannya saat ini.
'Aku harus cari kerjaan,' batin Kaluna.
Kaluna langsung mencari kerjaan sambil membeli kompor dan alat dapur.
"Saya beli ini, Pak," ucap Kaluna menunjuk magicom mini dengan harga 250 ribu.
"Sama apalagi?" tanya penjual.
"Kompornya, yang satu tungku aja."
"Ini harganya 200 ribu."
"Wajan sama teko rebus air?"
"50 ribu ."
Kaluna juga membeli piring dan sendok serta gelas dengan harga 50 000. Harga itu cocok, karena ia hanya membeli 2 piring, 2 gelas, 2 sendok, 2 mangkok, dan spatula.
Setelah semuanya dia beli, ia pun kembali ke kost untuk menyusun barangnya.
Saat melewati toko sembako, Kaluna melihat lowongan kerja dari jam 14. 30 sampai jam 00.00. Seketika wajah Kaluna tersenyum, ia langsung masuk dan bertanya.
"Bu, lokernya masih ada?"
"Masih ada."
"Saya mau kerja, Bu?"
"Ya udah, besok mulai kerja yah."
"Iya, makasih Bu."
"Sama-sama."
Kaluna langsung ke kost, ia menyusun barangnya.
"Kayaknya aku harus beli sabun deh untuk cuci piring dan baju," gumam Kaluna, "warung disamping buka kayaknya."
Kaluna ke samping dan membeli sabun, tidak lupa beras, bumbu, dan telur juga mie instan.
Ibu warung itu terkejut karena Kaluna kembali lagi.
"Loh, kok, balik lagi. Apa ada yang ketinggalan?" tanya ibu warung.
"Saya lupa beli minyak goreng sama kecap," sahut Kaluna.
"Ouh, mau minyak yang mana?"
"Yang pakai botol aja, Bu."
"Ya udah."
"Berapa harganya?" tanya Kaluna.
"25 ribu," sahut ibu warung.
"Ini Bu."
Kaluna pun masuk kembali ke dalam kostnya dan mulai memasak, malam ini dirinya hanya memasak telur ceplok dan nasi juga kecap.
Paginya, Kaluna ke sekolah seperti biasa. Saat masuk, ia melihat Citra.
"Cit," panggil Kaluna.
"Iya kita pergi, Cit," ajak Rina.
"Hemm," sahut Citra langsung pergi.
Kaluna yang melihat itu tidak mengejarnya, tetapi jika bertemu ia akan memanggil Citra.
Selama jam pelajaran, Kaluna terus menatap Citra. Sehingga, Citra jadi kesal dan melempar pulpen ke arah Kaluna.
Pulpen itu mengenai pelipis Kaluna, Citra sama sekali tidak merasa kasihan. Berbeda dengan Rina yang bahagia, akhirnya sang sahabat berhasil menolak Kaluna.
Kring! Kring!
Saat lonceng dibunyikan dan murid keluar untuk ke kantin, Kaluna langsung mendekati meja Citra.
"Mau ke kantin, aku traktir."
"Orang miskin kayak kamu bisa neraktir aku," ucap Citra.
"Ya bisalah," sahut Kaluna walaupun ucapan Citra melukai hatinya.
"Jangan mimpi deh!"
Bruk!
Rina mendorong Kaluna dan berkata kasar, "Jangan deketin Citra lagi, paham nggak sih!"
"Aku paham kok, Rin. Tapi, aku nggak mau putus dari Citra."
"Dasar nggak tahu diri!" marah Rina lalu menampar pipi Kaluna.
Plak!
"Rina," ucap Citra.
"Cit, ayo kita pergi." Rina langsung menarik tangan Citra.
Sampai di kantin, Citra memarahi Rina. "Kamu keterlaluan banget sih!"
"Ya habisnya dia gangguin kamu," ucap Rina.
"Tapi jangan ditampar juga," sahut Citra.
"Ah, sudahlah. Kita pesen bakso aja dulu," ucap Rina malas mendengar ucapan Citra.
Ternyata dari jauh Kaluna mendengar itu semua, ia semakin yakin jika Citra masih mencintainya.
'Aku yakin, Cit. Kamu masih mencintai aku,' batin Kaluna.
Waktu berjalan begitu cepat, Kaluna terus mengikuti Citra.
"Kamu bisa nggak sih, nggak ngikutin aku!" kesal Citra.
"Aku bakalan ikutin kamu terus," sahut Kaluna.
"Dasar nggak tahu diri, sama Felin aja kamu sana!" teriak Citra lalu mendorong Kaluna sampai terbentur dinding sekolah.
"Cit, aku yakin kamu masih cinta kan sama aku."
"Diam! Aku nggak cinta lagi sama kamu, Kaluna!"
"Citra ...."
"Pergi!"
"Aku nggak mau."
"Pergi atau aku yang pergi."
Kaluna langsung pergi, dia tidak ingin melihat Citra menangis lagi.
Pulang sekolah pun, Kaluna harus jalan kaki. Biasanya dia dijemput sama Citra di apartemen, karena sudah diusir ia harus mandiri.
"Kasihan deh loh," ejek Rina dan disampingnya adakah Citra, "jalan kaki nih, dasar miskin. Untung Citra udah nggak sama kamu lagi, coba kalau masih ... uhhh, udah jadi ATM berjalan kamu, Cit."
"Udahlah, jalan Rin."
"Ok, sayang ...."
Kaluna hanya terdiam melihat mobil Rina dan Citra menjauh, tak disangka Felin mendekat.
"Putus," ucap Felin.
"Bukan urusan kamu," sahut Kaluna.
"Aku nggak terima difitnah," ucap Felin tiba-tiba, "aku sama kamu nggak ada hubungan apa-apa."
"Terus?"
"Aku mau kita kerja sama."
"Kenapa kamu ingin kita kerja sama?" tanya Kaluna.
"Aku bisa diamuk sugar Mommy-nya aku kalau nggak dituntasin."
"Kamu ...."
Felin tersenyum pada Kaluna, "Kamu jangan kaget yah. Nanti aku jelasin, oh yah, kapan bisa ketemu?"
"Aku harus kerja," ucap Kaluna.
"Kamu kerja apa?"
"Jaga toko."
"Ok, nama tokonya."
Kaluna memberitahu nama tokonya, dan Felin berkata ingin kesana nanti sore.
"Ok, aku duluan yah. Kamu hati-hati di jalan," ucap Felin lalu pergi.
Sedangkan Kaluna menghela napasnya dengan dalam, ia pun melanjutkan langkah kakinya ke kost.
Sampai di kost, Kaluna mengganti baju dan makan. Baru ia berangkat ke toko, pemilik toko mengajak ke ruang kerjanya untuk memberitahu masalah gaji.
"Kaluna, untuk gaji kamu 2 juta satu bulan yah."
"Iya, Bu."
"Karena kamu mau perminggu, jadi satu Minggu 500 ribu."
"Iya."
"Kamu sudah makan?" tanya pemilik toko.
"Saya sudah makan, Bu," sahut Kaluna.
"Baik, untuk makan dua kali yah. Sore sama malam, jadi nanti ada jam istirahatnya."
"Iya."
"Kamu boleh kerja sekarang."
"Baik, Bu."
/0/4750/coverorgin.jpg?v=66d78ad22d10e5156759acce474f2083&imageMogr2/format/webp)
/0/29156/coverorgin.jpg?v=caadae671f0955d2c3ba1844fa9d6881&imageMogr2/format/webp)
/0/14093/coverorgin.jpg?v=4aa6e70fcd12d74f5c60b1176aac593c&imageMogr2/format/webp)
/0/18154/coverorgin.jpg?v=aa78a5581eabd80e9db4dcd1184094ec&imageMogr2/format/webp)
/0/20911/coverorgin.jpg?v=a118fcfd84a16c7214b7083fcf58d996&imageMogr2/format/webp)
/0/30878/coverorgin.jpg?v=7de7c97d187f4d0ba12ce0ed605dedbc&imageMogr2/format/webp)
/0/4599/coverorgin.jpg?v=1390a900c498ce0f9bbe603ecbcfa4e8&imageMogr2/format/webp)
/0/26535/coverorgin.jpg?v=026dc917079452b1320a8e042e1c9314&imageMogr2/format/webp)