Cinta yang Tersulut Kembali
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta di Jalur Cepat
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Jangan Main-Main Dengan Dia
Aku Jauh di Luar Jangkauanmu
Gairah Liar Pembantu Lugu
Balas Dendam Manis Sang Ratu Miliarder
Suamiku Ternyata Adalah Bosku
Silvia Gauri melarikan diri dari pernikahannya! Berita tentang pernikahan itu sudah menimbulkan kehebohan tersendiri di masyarakat. Di mana-mana orang-orang membicarakannya. Seperti yang digambarkan oleh media, pernikahan itu seharusnya menjadi yang terbesar abad ini. Namun sayang sekali, sekarang mungkin hanya akan menjadi lelucon belaka! Orang-orang tidak akan henti-hentinya membicarakan pernikahan yang ditinggal kabur pengantin wanitanya.
Esther Yuri menatap dirinya yang terpantul di dalam cermin. Bayangan dirinya balas menatapnya, seolah-olah sedang mengejek dirinya yang sedang dipermainkan oleh nasib. Dengan kesal, dia mendekati gaun pengantin yang tergeletak di lantai. Tanpa ampun, diinjaknya keras-keras gaun itu sambil berpikir, 'Mengapa? Mengapa aku yang harus membereskan kekacauan yang dibuat oleh Silvia?'
"Lanjutkan saja!" Tiba-tiba sebuah suara mengejutkannya. "Kalau kau masih marah, ada sepuluh gaun lagi yang bisa kau injak!" Esther menoleh. tidak jauh darinya, dia melihat ibunya, Hanna Yuri, berdiri tegak sambil menatapnya dengan tajam.
Esther terhenyak. Dia berdiri mematung. Pikirannya bekerja keras mempertimbangkan dua hal yang berlawanan. Lalu, diam-diam dia mengambil napas dalam-dalam sebelum akhirnya berkata, "Aku sangat membutuhkan uang untuk membayar biaya pengobatan Nenek. Kalau kau bisa membantuku, lakukan sekarang juga, dan akan kulakukan yang kau minta. Aku akan menikahi Rudy Afif dan menggantikan Silvia, segera setelah kudapatkan uangnya."
Tidak butuh waktu lama bagi Hanna untuk memutuskan tindakannya. Sambil tersenyum masam, dia mengeluarkan ponsel dari sakunya, menelepon sekretarisnya. "Nona Chandra, tolong hubungi bagian administrasi rumah sakit."
Setelah mengatur semua yang dibutuhkan, Hanna menutup telepon. Dia lalu berjalan menghampiri Esther. Diamatinya gadis itu dari atas ke bawah. Raut mukanya tampak tidak puas. Dia kesal melihat putrinya memakai gaun pengantin yang sama sekali tidak terlihat menarik. Dia berjalan menjauh, mengambil sesuatu. Lalu, dia kembali mendekati Esther dengan gunting di tangan.
Dengan wajah muak, dia mengangkat gunting itu sambil berkata, "Beraninya kau menatapku seperti itu! Kau memang putriku. Tapi, setiap kali aku melihatmu, kau mengingatkanku pada ayahmu yang tidak berguna! Dia tidak pernah melakukan apa pun untukku. Aku harus berjuang sendirian untuk mendapatkan apa yang kumiliki sekarang. Jadi, jangan salahkan aku karena mengabaikanmu. Kau harus tahu, orang-orang yang ingin sukses memang perlu bersikap egois dan lebih memperhatikan diri mereka sendiri."
Sambil melampiaskan kekesalannya, Hanna memotong gaun yang dikenakan putrinya. Dia membuat lubang besar di bagian lengannya.
Seolah belum puas menumpahkan kemarahan, Hanna menoleh ke arah pramuniaga yang sedang menunggu di luar ruangan. Dia lalu berteriak dengan galak, "Hei, jangan cuma berdiri di sana! Gaun pengantinnya robek. Ambilkan yang baru untuknya! Silvia kami ini bukan sembarang orang. Dia pantas mendapatkan gaun pengantin terbaik."
Esther mengernyitkan hidungnya. Ini pertama kalinya Hanna mengakuinya sebagai putrinya. Tetapi, rupanya dia terlalu cepat menyimpulkan. Dia langsung merasa kecewa ketika Dara memberi tahu semua orang bahwa Silvia adalah putri kesayangannya sementara kenyataannya dia hanyalah seorang pengganti.
Esther menggigit bibir bawahnya sambil menahan perasaan. Lalu, sambil tertawa mengejek dia berkata, "Ayahku memang pria tidak berguna! Bisa-bisanya dia menikahi wanita sepertimu yang tidak keberatan menjadi istri Paman Gauri. Aku pasti akan senang sekali melihat wanita lain merayu Paman Gauri, seperti yang kau lakukan."
"Tutup mulutmu! Beraninya kau!" Hanna tidak mampu mengendalikan amarahnya. Dia mengangkat tangannya, hendak menampar wajah putrinya. Tapi, dia kemudian melihat riasan Esther yang sempurna. Dia tidak boleh merusaknya. Kecantikan Esther yang memesona akan membantunya mencapai tujuannya. Pikiran itu cukup untuk membuatnya tenang. "Aku tidak akan berdebat denganmu hari ini," katanya kemudian, berusaha mengalah. "Pokoknya, nikahi saja Rudy dan jangan membuat keributan! Dan ingat, jangan mempermalukan Marga Gauri dan Silvia!" Hanna memperingatkan dengan tegas.
Esther menyeringai.
Rudy? Semua orang tahu siapa dia. Pria itu begitu kaya dan berkuasa. Dalam hal kehidupan pribadi, namanya sering dikaitkan dengan begitu banyak wanita. Dengan mudahnya dia berganti-ganti pacar, seolah satu pacar untuk satu hari saja dalam setahun. "Kenapa Rudy ingin menikahi Silvia?" Esther bertanya-tanya dalam hati.
"Jalani saja pernikahan ini! Meskipun kau tidak mengenal Rudy, pernikahan ini cukup layak. Aku sungguh merasa tak enak telah mengabaikanmu, tapi mulai sekarang, hidupmu akan berubah. Kau akan menjadi orang kaya dan menikmati hal-hal yang menyenangkan. Kau bisa memiliki hal-hal yang sebelumnya tidak pernah kau bayangkan. Sudah waktunya kita menghapus semua kenangan lama dan memulai dari awal!"
Mendengar kata-kata ibunya, semua perasaan yang telah lama dipendam Esther di dalam hatinya mendesak keluar dalam bentuk air mata. Titik air bening itu mengalir seperti anak sungai di pipinya. 'Bahkan seekor harimau ganas pun tidak akan pernah memperlakukan anaknya seperti ibuku memperlakukan aku.' katanya dalam hati.
Dengan tubuh masih bergetar menahan perasaan, Esther menyambar gaun pengantin dengan kasar.
"Baiklah! Aku akan menikah dengannya! Aku berjanji padamu, aku akan menikahi Rudy atas nama Silvia. Tetapi... mulai saat ini juga, aku bukan putrimu lagi. Kau tidak punya hak apa pun lagi untuk ikut campur dalam hidupku. Selain itu, jika hal yang buruk terjadi pada Nenek, aku tidak akan mengampunimu!"
Mendengar itu, Hanna tersenyum puas. "Asalkan kau menikahi Rudy, akan kulakukan apa pun yang kau katakan."
Hanna belum pernah bersikap begitu baik pada Esther. Tapi kali ini, dia bersedia melakukan apa saja untuk Esther, asalkan dia bisa menjualnya kepada Rudy. Bertahun-tahun kemudian, ketika Esther mengingat kembali momen ini, dia selalu menghela napas, menyadari nasibnya yang sungguh tak terduga. Pernikahan yang hari ini membuatnya putus asa ternyata memberinya perlindungan terkuat di kemudian hari. Hal-hal yang tidak pernah diduganya terjadi begitu saja. Satu demi satu.