Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Tante. Apakah aku boleh ikut denganmu?" tanya seorang pemuda bertubuh tinggi tegap di hadapannya.
Wajahnya sangat tampan, alisnya terukir dengan tajam dan indah sempurna. Hidungnya mancung, dan memiliki senyuman manis yang sangat memabukan. Selama beberapa saat, Zeana terpaku memandang keindahan paras yang ada di sana. Hingga ucapan sang pemuda, membuat Zeana mengerjap dan tersadar kembali dari keterpakuannya.
"Tante ... "
Zeana pun berdecak dengan gemas. "Jangan panggil aku Tante! Umurku masih sangat muda!"
"Tapi tante bisa melakukan apapun kepadaku dengan sesuka hati," bujuk pemuda itu lagi dengan polosnya, membuat Zeana sampai menyentuh keningnya frustasi.
Mereka berdua tak sengaja bertemu sekitar dua jam yang lalu, ketika Zeana mampir ke sebuah toko sebelum akhirnya akan pulang ke rumah setelah seharian bekerja di kantor.
Menyadari ada seorang pemuda yang tak henti-hentinya mengamati, Zeana cukup merasa risih. Namun ia sama sekali tidak menyangka, jika pemuda itu juga akan berani untuk terus mengikuti setiap langkahnya.
"Tante ... "
Kedua tangan Zeana mengepal, menahan diri untuk tidak segera membungkus pemuda tampan itu dan memasukkannya ke dalam karung! Sungguh! Bagaimana bisa ada pemuda setampan ini berkeliaran di tengah malam?
"Apapun?" tantang Zeana dengan raut jengah, karena pemuda itu begitu sangat keras kepala, dan terus mengikutinya tanpa henti sehingga sulit bagi Zeana untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Apapun," jawab pemuda itu dengan yakin. "Sungguh! Aku akan melakukan apapun asalkan Tante mau membawaku pulang."
Zeana mendesah seketika. Ia menatap jam yang ada di pergelangan tangannya, lalu mengernyit ketika menyadari jika waktu sudah semakin larut. Sepatu high heels sudah ia lepas dan berganti dengan sandal jepit, blazer lengan panjangnya pun sudah ia lipat setengah, menunjukkan betapa lelahnya ia hari ini.
"Kenapa kau ingin sekali ikut denganku?" tanya Zeana penasaran. "Pemuda sepertimu, seharusnya sadar jika wanita asing yang tak dikenal bisa saja menjadi berbahaya. Dan bisa jadi aku adalah salah satunya. Pergilah! Aku sedang tidak ingin berurusan dengan pemuda sepertimu."
Pemuda itu mengedip-ngedipkan matanya dengan polos. "Memangnya tubuhku tidak bagus ya? Kenapa Tante sama sekali tidak tertarik? Aku bisa memperlihatkannya kepadamu, siapa tahu saja Tante bisa berubah pikiran," ujarnya polos.
Ya Tuhan! Rasanya Zeana ingin sekali menepuk jidat. Mimpi apa dirinya semalam sehingga harus berurusan dengan hal yang menjengkelkan seperti ini?
Sesekali matanya menyapu ke arah sekeliling, menahan rasa malu karena tidak sedikit orang yang masih berlalu lalang memperhatikan percakapan mereka berdua, dan memberikan pandangan yang sangat aneh.
Bagaimana tidak? Tak henti-hentinya pemuda ini menawarkan dirinya untuk ia bawa dan rela diapa-apakan dengan nada lantang.
Sungguh gila! Memangnya Zeana terlihat seperti tante-tante yang sedang mencari berondong, hah?
"Pergilah!" Perintah Zeana dengan geram. "Cari wanita lain jika kau ingin melakukan sebuah modus, karena aku sama sekali tidak merasa tertarik denganmu."
"Wanita lain?" Pemuda itu mengernyit, menunjukkan sedikit rasa kecewanya. "Tapi aku hanya ingin bersama dengan Tante."
Ya Tuhan! "Tapi kenapa?" tanya Zeana gemas.
"Karena Tante cantik dan sepertinya sangat kaya. Aku mau jika hanya dijadikan sebagai simpanan. Tante tidak perlu memberi uang, asalkan aku bisa makan dan memiliki tempat tinggal selama beberapa waktu."
Deg! Zeana terpaku sejenak. Tempat tinggal? Dan juga makan? Sepertinya Zeana mulai mengerti dengan alasan mengapa pemuda ini bisa sampai berani menawarkan diri. Namun anehnya, kenapa Zeana sama sekali tidak menemukan raut putus asa di wajah polos itu.
Seolah-olah, menawarkan diri adalah hal yang biasa pemuda itu lakukan. Apakah mungkin dirinya adalah wanita yang kesekian?