Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu. Angela baru bisa beranjak keluar kelas sekarang.
Tadi teman sebangkunya masih menanyakan tugas kelompok yang diberikan oleh gurunya usai bel pulang sekolah berbunyi. Jadi ia berbicara dulu dengan temannya itu hingga tak bisa buru-buru pulang.
”Njeeeeeeeellll.....,” pekik sebuah suara ketika Angela baru beberapa langkah keluar kelas.
Seandainya Angela tak menoleh pun ia akan segera tahu kalau itu suara Sherin, salah satu sahabatnya yang beda kelas.
Dan memang benar itu suara Sherin yang memanggilnya. Ia terlihat ditemani Naya dan Dila.
Begitu mereka sampai di dekat Angela tanpa ba bi bu langsung mencecar pertanyaan ke Angela.
”Njel.... kamu putus sama Randy ya ?” tanya Sherin langsung.
”Iya,”
”Kapan, Njel ?” giliran Naya yang bertanya.
”Dua hari kemarin,”
”Kenapa putus... Njel?” kali ini Dila yang giliran bertanya.
”Nggak tahu....tiba-tiba dia bilang ngajak temenan aja. Pas aku tanya apa maksudnya, dia bilang, kita putus mulai sekarang,”
”Ngomong langsung gitu ?” tanya Dila lagi.
Angela menggelengkan kepalanya.
”Nggak. Lewat WA,”
Ketiganya terlihat kompak menghembuskan nafas kesal mendengar jawaban Angela itu.
”Diiihhh, apaan tuh ! Masa mutusin cuma lewat chat WA?” gerutu Sherin.
Suasana hening beberapa detik.
”Eh...tunggu...Njel, bukannya dulu kamu bilang dia nembak kamu juga lewat WA tuh ?” lanjut Dila bertanya.
Angela mengangguk.
”Ya ampuuuuunnn !!! Ini bocah ya, kebangetan deh. Nembak sama mutisin cewek beraninya cuma chat WA aja,” kata Naya geram.
”Biar mudah kali,” timpal Sherin. Ketiganya langsung melirik ke arah Sherin.
”Maksudku...mungkin Randy mau cari mudahnya gitu. Biar nggak bingung, biar nggak deg-degan waktu nembak Angela, makanya dia milih nembak lewat chat WA aja. Simple. Begitu juga waktu putus. Lewat WA juga, biar nggak perlu ribet ngejelasin ini itu ke Angela,” papar Sherin panjang lebar.
”Itu sih pelit namanya,” komentar Dila.
”Cowok biasanya nembak cewek pakai bawa bunga atau ngasih bingkisan coklat gitu, ini kok nggak modal banget sih ?” imbuh Dila lagi. Terdengar nada kesal di suaranya sewaktu berkata seperti itu.
Angela tersenyum kecut. Yang lainnya menimpali dengan kata iya sebagai isyarat kalau mereka setuju dengan apa yang dikatakan oleh Dila barusan itu.
”Njel, kamu nggak papa kan ? Nggak sedih kan ?” tanya Sherin kemudian.
Angela melirik teman-temannya.
”Keliatannya gimana ? Apa aku keliatan putus asa ? Atau pengen bunuh diri gitu ?”
Ketiganya temannya menggeleng.
”Nggak sih. Tapi mungkin aja ngerasa sedih. Pengen nangis gitu,” sahut Sherin.
”Udah. Udahan sedih sama nangisnya. Dua hari lalu pas diputusin itu aja aku nangisnya,” jelas Angela.
”Sekarang mungkin tinggal sewotnya aja. Chat-ku belum di baca sama Randy. Padahal aku tanya, kenapa aku diputusin ? Aku salahnya apa ? Mau aku perbaiki. Eh nggak di baca-baca juga sampai hari ini,” imbuh Angela lagi.
Tampak wajah ketiga sahabat Angela itu semakin kesal.
”Aduuuh,, Njeeeeeelll...kamu kemarin itu pacaran sama cowok model apaan sih ? Ngeselin banget gitu!” kata Naya geram.
Angela mengedikan bahunya. Hening beberapa saat.
”Eh, Njel...kamu masih follow instagramnya Randy nggak ?” tanya Dila.
”Masih,”
”Buruan unfoll !” pekik Dila.
”Iya....iya...iya... buruan unfoll,” teriak yang lainnya memerintah.
Angela melihat ketiganya bingung. Untuk beberapa detik ia hanya menatap semua secara bergantian.
Tangannya mencoba membuka tasnya. Ia meraba dalam tas mencari ponselnya.