Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
"Hey, setidaknya kalau kau kurang cerdas ... berdandanlah lebih seksi, jangan berpenampilan seperti kutu buku!" tukas Alexander Aimes sembari menatap seorang wanita yang sedang berdiri gemetaran di hadapan meja CEO.
Wanita itu asisten pribadi ke 21 yang mencoba bertahan dengan kelakuan semena-mena dan mesum bosnya. Alexander Aimes bukannya tidak rupawan, tapi auranya terlalu liar dan berbahaya, berlidah tajam dengan kelakuan minus.
"Ma—maaf, Pak. Sa—"
"Tak perlu minta maaf, pintunya ada di belakang kamu. Silakan keluar dan lapor ke bagian HRD kalau kamu selesai bekerja di perusahaan ini, Miranda," potong Alex dengan cepat lalu memutar kursinya memunggungi asisten pribadi merangkap sekretarisnya yang baru saja ia pecat.
Sebuah desahan lelah meluncur dari bibir wanita berkacamata tebal dengan penampilan yang membosankan itu. Dengan langkah gontai ia meninggalkan ruangan CEO PT. Everlasting Global International.
Tak lama kemudian, Jofran Kesuma masuk ke dalam ruangan CEO setelah mengetok pintu itu 3 kali. Dia melangkah tanpa suara hingga sampai di hadapan meja bosnya yang masih duduk menghadap kaca yang menampakkan pemandangan gedung pencakar langit kota Jakarta.
"Pak Alex, apa Anda ingin mencari asisten pribadi yang baru?" tanya Jofran Kesuma dengan nada hangat. Sebuah berkas lamaran kerja baru saja mendarat di meja kantornya pagi tadi, profil wanita itu agak luar biasa dan menurutnya cocok dengan minat bosnya yang nyeleneh itu.
Kursi hitam itu berputar menghadap Jofran Kesuma dan pria blasteran Amerika-Indonesia itu tersenyum miring menatap karyawan kepercayaannya. "Apa sudah ada calon aspri baru untukku, Jo?" balas Alex dengan suara malas.
Sebuah berkas diulurkan ke tangan Alex. Pria blasteran itu segera membaca isinya dan bersiul mesum. Dia tertawa senang melihat foto 4R dari calon asprinya itu. "Winona Kim ... cantik dan seksi. Hmm ... terima dia, Jo! Aku punya banyak pekerjaan pribadi yang akan membuatnya sibuk mengurusiku," ujarnya menekankan kata 'pribadi' yang nampaknya berbahaya.
"Siap, Pak Alex. Besok pagi Nona Winy akan menghadap Anda," jawab Jofran lalu ia pun meninggalkan ruang CEO yang dingin karena AC yang dipasang 16° celcius itu.
Alexander Aimes melirik jam tangannya lalu bangkit berdiri dari kursi CEO. Dia memiliki janji temu dengan klien di sebuah restoran besar di mall untuk membahas proyek perusahaannya. Pria itu turun ke lantai lobi dengan lift khusus CEO dan melangkah ke depan lobi.
Tak lama kemudian sebuah mobil Porsche 911 Turbo S warna merah berhenti di depan pintu lobi, seorang sopir pribadi tergopoh-gopoh membukakan pintu belakang mobil itu untuk Alexander Aimes. "Silakan, Pak Alex!" ucapnya lalu menutup kembali pintu mobil dan berlari kecil ke kursi pengemudi.
"Senayan City, Pak Jono!" titah Alexander Aimes singkat dan jelas.
Mobil supercar mewah itu melaju sempurna dengan gagahnya di tengah hiruk pikuk jalanan ibukota yang agak semrawut di sebuah perempatan Jakarta Selatan. Tiba-tiba ...
"Ciiiiiitttt ... BRAAKKK!"
Sebuah sedan Ayla putih menggasak mobil berharga 5 milyar lebih itu dari belakang. Tentu saja sang pemilik naik pitam. Alex mendesis kesal dan dengan geram ia buru-buru turun dari mobilnya. Kemudian dia mengetok kaca jendela mobil sedan Ayla putih itu.
"Kalau nggak bisa nyetir jangan nyetir woiii!" omelnya kepada sopir mobil sedan berharga ekonomis itu.
Kaca jendela yang diturunkan itu menampakkan seraut wajah rupawan seorang wanita. Rahang bawah Alex sontak menganga seolah kata-kata umpatan ala kebun binatang yang tadi telah tersusun rapi menguap tak bersisa.
"Ma—maafkan kecerobohan saya, Sir!" ucap wanita molek itu terbata-bata dan ketakutan menelan salivanya. Porsche tergores biaya renovasinya bisa seharga sebuah rumah berukuran sedang. Matanya melihat sendiri betapa ringseknya bemper belakang dan kaca lampu samping mobil mewah itu yang remuk.
'Mampuslah kamu, Win! Kok bisa sih sial bener siang ini ...,' batinnya putus asa.
Memang seharusnya jangan main hape kalau sedang menyetir di jalan raya yang ramai begitu. Namun, dia baru saja mendapat kabar baik bahwa dia diterima kerja di PT. Everlasting Global International. Itu juga penting!